Pendidikan Rakyat Petani: Perjuangan Perlawanan Menuntut Hak atas Tanah
Karya: Barid Hardiyanto
Ukuran buku: 14,5 x 21 cm
Tebal: 121 + x halaman
Harga: Rp 17.500,-
Bab pertama, membicarakan penciptaan studi pendidikan
rakyat petani, di dalamnya berisi latar belakang masalah, perumusan dan
penjabaran masalah serta bagaimana memulai proses pendidikan sampai
operasionalisasi "ruang" kesadaran rakyat petani terbuka. Bab kedua,
berisi sejarah pustaka dan kerangka teoritik. Sejarah pustaka membicarakan
hasil penelitian sebelumnya, sedangkan kerangka teoritik mengandung isi
kesejalanan teori paradigmatis perjuangan-perlawanan dan tentang
filosofis-operasionalisasi studi pendidikan rakyat petani, dari bab ini
diharapkan kita mengetahui analisis data model pendidikan rakyat petani berupa
jalan yang "mengalir" yang bertaut antara keinginan, kebutuhan dan
harapan rakyat (refleksi) dan bagaimana tindakan nantinya dapat dilakukan, dan
antara keduanya dalam PRP tidaklah terpisah. Selanjutnya bab dua ini membahas
pula tentang alur langkah penulisan yang berupa catatan proses, sedangkan untuk
memberi gambaran tentang latar wilayah terutama sekali mengenai kondisi
obyektif dan subyektif sasaran pendidikan akan dibahas dalam bab tiga. Di sini
pusat perhatian terletak pada bagaimana kondisi ekonomi (beban petani)-politik
(pembodohan petani) menjadi faktor yang berpengaruh terhadap proses kelanjutan
belajar bersama.
Bab ke empat, merupakan catatan proses pertama dari
kerja lapangan. Pada bab ini dibahas bagaimana penulis bersama petani menyusun
proses dialog yang termuat dalam: menyusun keyakinan menggapai asa, selanjutnya
dibahas beberapa alasan kepeneran versi rakyat berupa argumentasi kenapa
tanah tersebut dituntut oleh petani Bantarsari. Selanjutnya dalam bab lima
dibahas kemunculan proses keinginan, kebutuhan dan harapan rakyat ini ditata
dalam organisasi mandiri, dan bagaimana secara bersama-sama melakukan pemetaan
peran kawan-lawan. Di bagian ini pulalah digambarkan berbagai alasan proses
perlawanan apakah melakukan tuntutan ataukah memohon dan perjalanan aksi
pertama.
Di bab selanjutnya berdasarkan evaluasi aksi pertama,
penulis bersama petani menyusun "nilai tanggungan tak terbayar",
yakni perhitungan segala kerugian akibat penyerobotan yang dilakukan pihak
penguasa selama 33 tahun. Di bab ke enam ini pula secara dramatik digambarkan
proses hari bersejarah bagi petani Bantarsari. Bab terakhir merupakan evaluasi
sekaligus kesimpulan proses belajar bersama dalam hal ini dirasa perlu untuk
"menyimpulkan" perjalanan tersebut agar diketahui bahwa petani
tidaklah bodoh. Di bagian terakhir ini pula diberi catatan tentang sedikit
pengetahuan yang di dapat dari studi pendidikan rakyat, bantahan langsung dari
petani dan akhirnya catatan samping refleksi penulis bagi gerakan mahasiswa
tentang "pribadi" seorang mahasiswa dalam hidupnya sebagai bagian
dari rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar