BUDAYA KONSUMEN TERLAHIR KEMBALI
Karya
:
Martin J. Lec
Ukuran
Buku : 14,5 x 21 cm
Tebal
: xvi + 328 Halaman
Harga : Rp 35.000,-
TIDAK
ada yang istimewa dengan konsumsi, sebab manusia memang punya kebutuhan dan
untuk memenuhinyalah mereka mengonsumsi. Jika kebutuhan itu tidak terpenuhi,
manusia tidak akan mampu bertahan hidup.
Konsumsi
akan menjadi sebuah bahasan istimewa tatkala dia tidak lagi hanya dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan bertahan hidup. Saat yang akan dipertahankan dengan
cara mengonsumsi bukan lagi sekadar nyawa, akan tetapi gengsi. Jika sudah
seperti ini, barang-barang yang dikonsumsi tidak lagi jadi “benda mati”.
Barang-barang itu ebih dilihat karena kemasan serta tampangnya, dan lambat laun
dia pun memiliki “ruh” sendiri yang memanggil-manggil orang untuk membeli dan
mengonsumsinya.
Seandainya
buku yang ada di tangan pembaca ini hanya berbicara sampai di situ, maka itu
tidak aka nada istimewanya, sebab sudah sejak lama pembicaraan seperti itu
diperdengarkan. Namun hal khusus yang dikemukakan buku ini adalah perihal
taktik dan strategi kapitalisme dalam menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru di
dalam diri manusia, bahkan menciptakan perasaan butuh itu sendiri. Buku ini
berupaya mendalami mantra-mantra yang ditebarkan para Pedagang, mulai iklan
perusahaan multi-nasional sampai rayuan pedagang asongan, agar nafsu
mengonsumsi bergelora sedahsyat-dahyatnya di dalam diri seseorang.
Di
lain pihak, buku ini pun ingin menunjukkan bahwa teknik-teknik pengendalian
hawa nafsu, baik yang berasal dari Marx maupun lainnya, ternyata kurang manjur.
Kapitalisme mutakhir ternyata lebih lihai menyenangkan hati konsumen, Negara
kesejaheraan berhasil menjinakkan pertentangan kelas dan kelas proletariat pun
diberi kesempatan makan enak tanpa harus mengadakan revolusi.
Singkat
kata, buku ini mengisahkan kelahiran kembali budaya konsumen, dan setelah
ditelusuri, ternyata yang melahirkannya masih saja seorang ibu yang bernama
modernitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar