Senin, 18 Agustus 2014
Perang Siasat Matematika Dasar Untuk kelas X, XI, XII SMA
Perang
Siasat Matematika Dasar Untuk kelas X, XI, XII SMA serta Persiapan UAN & SNM PTN; Abdul Muis, S.T. Rp
35.000,-
Joseph Stalin: A Short Biography
Joseph Stalin, A Short Biography,
Karya: G.F.
Alexandrov et.al
Harga: Rp 25.000,-
Children’s Drawing dalam PAUD
Children’s Drawing dalam PAUD
Untuk Orang Tua, Guru, dan Pengelola PAUD
Karya: Rusdarmawan
Harga: Rp 30.000,-
Kamis, 07 Agustus 2014
Abu Nawas dan Abu Wardah
Abu Nawas dan Abu Wardah
Kisah-Kisah Jenaka dan Mutiara Kebijaksanaan,
Karya: Ashad Kusuma Djaya
Harga: Rp 19.500,-
Mengembangkan kecerdasan spiritual dan emosional, itulah tujuan dari penulisan buku ini. Selama ini dalam opini masyarakat kita, kecerdasan selalu identik dengan hal-hal "serius". Karena itu, orang cenderung menyerahkan tugas-tugas pencerdasan pada lembaga-lembaga serius, dan memandang humor hanyalah sekedar varian dari hiburan semata.
Padahal, jika memang kecerdasan (baik spiritual maupun emosional) bertumpu pada kebijaksanaan hidup, maka seseorang tidak bisa meraih puncaknya hanya dengan bekal pikiran formalis. Bila mau belajar dari gagasan kecerdasan yang dikembangkan kaum sufi, seseorang harus terus menerus mengasah rasa yang berdimensi emosional dan juga spiritual. Karena memang sebenarnya proses pengembangan kecerdasan tersebut tidak lain adalah pendakian emosional dan spiritual menuju puncak kemanusiaan, yaitu maqam yang biasa di sebut dengan insan kamil.
Dalam kaitan dengan pendakian menuju insan kamil, humor memiliki tingkat fleksibilitas yang cukup tinggi bila dibandingkan dengar sarana pendidikan lainnya. Tanpa rasa digurui, para pendaki diantarkan pada sebuah kebenaran yang lebih tinggi dari kebenaran formal. Humor mengajak seseorang menembus ego masing-masing untuk mengantarkannya pada kearifan tertinggi.
Kisah-Kisah Jenaka dan Mutiara Kebijaksanaan,
Karya: Ashad Kusuma Djaya
Harga: Rp 19.500,-
Mengembangkan kecerdasan spiritual dan emosional, itulah tujuan dari penulisan buku ini. Selama ini dalam opini masyarakat kita, kecerdasan selalu identik dengan hal-hal "serius". Karena itu, orang cenderung menyerahkan tugas-tugas pencerdasan pada lembaga-lembaga serius, dan memandang humor hanyalah sekedar varian dari hiburan semata.
Padahal, jika memang kecerdasan (baik spiritual maupun emosional) bertumpu pada kebijaksanaan hidup, maka seseorang tidak bisa meraih puncaknya hanya dengan bekal pikiran formalis. Bila mau belajar dari gagasan kecerdasan yang dikembangkan kaum sufi, seseorang harus terus menerus mengasah rasa yang berdimensi emosional dan juga spiritual. Karena memang sebenarnya proses pengembangan kecerdasan tersebut tidak lain adalah pendakian emosional dan spiritual menuju puncak kemanusiaan, yaitu maqam yang biasa di sebut dengan insan kamil.
Dalam kaitan dengan pendakian menuju insan kamil, humor memiliki tingkat fleksibilitas yang cukup tinggi bila dibandingkan dengar sarana pendidikan lainnya. Tanpa rasa digurui, para pendaki diantarkan pada sebuah kebenaran yang lebih tinggi dari kebenaran formal. Humor mengajak seseorang menembus ego masing-masing untuk mengantarkannya pada kearifan tertinggi.
New Terorism
NEW TERORISM
Fanatisme & Senjata Pemusnah Massal
Karya: Walter Laqueur
Pengantar: Abdullah Sumrahadi
Ukuran: 15,5 x 24 cm
Tebal: xxii + 435 Halaman
Harga: Rp 55.000,-
Terorisme jadi istilah yang sulit didefinisikan, namun paling banyak disebut, karena di dalamnya terkandung sesuatu yang menakuti siapa saja: kekerasan tanpa pandang bulu. Kekerasan jadi pilihan terakhir karena adanya aspirasi-aspirasi politis, religius atau ideologis tertentu yang tersumbat sedangkan sarana untuk menegaskan-diri semakin dikebiri. Masalah sulitnya mendefinisikan karena tidak begitu jelas aspirasi dan penegasan-diri siapa, begitu pula dengan siapa yang menyumbat dan mengebiri itu. Korban yang berjatuhan tidak lebih dari sekadar tumbal, semacam maklumat konkret dari aspirasi dan penegasan-diri entah dari siapa yang ditujukan entah kepada siapa sebenarnya.
Di abad 21 pelaku teror tidak mesti satu kaum, kelompok atau bangsa, teror bisa saja dilakukan oleh beberapa gelintir orang atau bahkan satu orang. Motif-motif yang mendasarinya pun tidak seperti dulu lagi, motif politis bisa jadi bercampur dengan motif kriminal, motif religius diboncengi kepentingan ideologis, sementara motif kesukuan awalnya hanya dipicu oleh keinginan menguasai kapital, bahkan ada yang cuma didorong oleh kepedulian pada alam lingkungan (ekoterorisme), dan seterusnya. Teror seperti ini sangat dimungkinkan dengan kemajuan teknologi persenjataan. Senjata yang dipergunakan untuk meneror tidak hanya dalam bentuk “benda” yang dapat melukai orang lain saja, sebagaimana yang dipahami secara biasa, tapi sudah sangat canggih, sampai-sampai dalam bentuk maya (cyberterrorism). Tidak jarang pula senjata pemusnah massal yang dipergunakan untuk meneror bisa ditenteng dan dikendalikan oleh satu operator. Di dunia sekarang, apa pun bisa dimiliki, termasuk senjata seampuh apa pun, sebab patokan yang berlaku adalah “ada uang, ada barang”.
Mengingat manusia kerapkali lebih bisa terkejut, terguncang, tersentuh dan tergugah oleh hal-hal konkrit, sesuatu yang bisa disaksikan mata kepala sendiri, baik dalam dunia riil maupun imajiner, buku ini tidak banyak bicara dalam tataran wacana abstrak, namun justru memaparkan setumpuk data dan fakta tentang sesuatu yang menakutkan itu: terorisme!
Fanatisme & Senjata Pemusnah Massal
Karya: Walter Laqueur
Pengantar: Abdullah Sumrahadi
Ukuran: 15,5 x 24 cm
Tebal: xxii + 435 Halaman
Harga: Rp 55.000,-
Terorisme jadi istilah yang sulit didefinisikan, namun paling banyak disebut, karena di dalamnya terkandung sesuatu yang menakuti siapa saja: kekerasan tanpa pandang bulu. Kekerasan jadi pilihan terakhir karena adanya aspirasi-aspirasi politis, religius atau ideologis tertentu yang tersumbat sedangkan sarana untuk menegaskan-diri semakin dikebiri. Masalah sulitnya mendefinisikan karena tidak begitu jelas aspirasi dan penegasan-diri siapa, begitu pula dengan siapa yang menyumbat dan mengebiri itu. Korban yang berjatuhan tidak lebih dari sekadar tumbal, semacam maklumat konkret dari aspirasi dan penegasan-diri entah dari siapa yang ditujukan entah kepada siapa sebenarnya.
Di abad 21 pelaku teror tidak mesti satu kaum, kelompok atau bangsa, teror bisa saja dilakukan oleh beberapa gelintir orang atau bahkan satu orang. Motif-motif yang mendasarinya pun tidak seperti dulu lagi, motif politis bisa jadi bercampur dengan motif kriminal, motif religius diboncengi kepentingan ideologis, sementara motif kesukuan awalnya hanya dipicu oleh keinginan menguasai kapital, bahkan ada yang cuma didorong oleh kepedulian pada alam lingkungan (ekoterorisme), dan seterusnya. Teror seperti ini sangat dimungkinkan dengan kemajuan teknologi persenjataan. Senjata yang dipergunakan untuk meneror tidak hanya dalam bentuk “benda” yang dapat melukai orang lain saja, sebagaimana yang dipahami secara biasa, tapi sudah sangat canggih, sampai-sampai dalam bentuk maya (cyberterrorism). Tidak jarang pula senjata pemusnah massal yang dipergunakan untuk meneror bisa ditenteng dan dikendalikan oleh satu operator. Di dunia sekarang, apa pun bisa dimiliki, termasuk senjata seampuh apa pun, sebab patokan yang berlaku adalah “ada uang, ada barang”.
Mengingat manusia kerapkali lebih bisa terkejut, terguncang, tersentuh dan tergugah oleh hal-hal konkrit, sesuatu yang bisa disaksikan mata kepala sendiri, baik dalam dunia riil maupun imajiner, buku ini tidak banyak bicara dalam tataran wacana abstrak, namun justru memaparkan setumpuk data dan fakta tentang sesuatu yang menakutkan itu: terorisme!
Negara Muhammadiyah (Mendekap Politik dengan Perhitungan)
NEGARA MUHAMMADIYAH
Mendekap Politik dengan Perhitungan
Karya: Syarifuddin Jurdi
Ukuran: 14,5 x 21 cm
Tebal: xvii + 253 Halaman
Harga: Rp 30.000,-
Buku ini bertutur tentang peran politik salah satu organisasi keagamaan terbesar dan tertua di Negara tercinta ini. Muhammadiyah.
Bagaimana Muhammadiyah memainkan peran politiknya tentu tidak akan terlepas dari skenario “drama politik” secara keseluruhan yang berlaku di Negara ini, sebab skenario tersebut sesungguhnya adalah terjemahan cita-cita ideal yang ingin dituju oleh segenap bangsa ini.
Apakah Muhammadiyah punya skenario sendiri yang mesti dimainkan dalam “drama politik” kontemporer, saat Negara ini dilanda begitu banyak krisis? Setidaknya ada tiga jawaban yang ditawarkan buku ini untuk pertanyaan tersebut.
Pertama, berkaca pada masa lalu, melihat sumber jati diri Muhammadiyah itu sendiri. Di sini akan ditemukan dua kata yang mesti dipegang Muhammadiyah dalam peran apa pun yang dimainkannya, “pemberdayaan umat.” Bagi Muhammadiyah, umat adalah di atas segala-galanya. Jadi tidak tepat kiranya kalau ada elit Muhammadiyah yang menggiring umat hanya demi politik dan kekuasaan.
Kedua, meninjau jarak ke masa depan. Di masa datang, umat akan menghadapi tantangan yang bukannya tambah berkurang. Tantangan terbesar adalah globalisasi kebudayaan yang mengharuskan setiap orang di muka bumi ini untuk tidak lagi menutup diri sambil membusungkan dada menyatakan dialah yang paling benar. Situasi sosial-politik membuat orang tidak lagi bisa memaksakan keinginan kepada orang lain, meskipun keinginan itu adalah yang terbaik menurutnya. Maka, bagi Muhammadiyah, gagasan tentang negara Islam patut ditimbang-timbang kembali, sebelum terburu-buru diselenggarakan.
Titik temu kedua peran tersebut melahirkan peran ketiga, yakni langkah-langkah konkret pembenahan berbagai sektor kehidupan yang semrawut di masa kini. Di antaranya membersihkan kekuasaan negara dari elit yang mengambil hak umat, atau lazim disebut praktik KKN; pemberdayaan generasi muda dengan investasi pendidikan dan sosial; dan, memberi teladan kepada umat bahwa sesungguhnya politik adalah tugas mulia, karena cita-cita ideal yang menyangkut hajat hidup orang banyak hanya bisa diejawantahkan dengan tata politik-ekonomi yang santun dan berkeadaban.
Selebihnya, buku inilah yang mengurai hal-hal di atas dengan panjang lebar.
Mendekap Politik dengan Perhitungan
Karya: Syarifuddin Jurdi
Ukuran: 14,5 x 21 cm
Tebal: xvii + 253 Halaman
Harga: Rp 30.000,-
Buku ini bertutur tentang peran politik salah satu organisasi keagamaan terbesar dan tertua di Negara tercinta ini. Muhammadiyah.
Bagaimana Muhammadiyah memainkan peran politiknya tentu tidak akan terlepas dari skenario “drama politik” secara keseluruhan yang berlaku di Negara ini, sebab skenario tersebut sesungguhnya adalah terjemahan cita-cita ideal yang ingin dituju oleh segenap bangsa ini.
Apakah Muhammadiyah punya skenario sendiri yang mesti dimainkan dalam “drama politik” kontemporer, saat Negara ini dilanda begitu banyak krisis? Setidaknya ada tiga jawaban yang ditawarkan buku ini untuk pertanyaan tersebut.
Pertama, berkaca pada masa lalu, melihat sumber jati diri Muhammadiyah itu sendiri. Di sini akan ditemukan dua kata yang mesti dipegang Muhammadiyah dalam peran apa pun yang dimainkannya, “pemberdayaan umat.” Bagi Muhammadiyah, umat adalah di atas segala-galanya. Jadi tidak tepat kiranya kalau ada elit Muhammadiyah yang menggiring umat hanya demi politik dan kekuasaan.
Kedua, meninjau jarak ke masa depan. Di masa datang, umat akan menghadapi tantangan yang bukannya tambah berkurang. Tantangan terbesar adalah globalisasi kebudayaan yang mengharuskan setiap orang di muka bumi ini untuk tidak lagi menutup diri sambil membusungkan dada menyatakan dialah yang paling benar. Situasi sosial-politik membuat orang tidak lagi bisa memaksakan keinginan kepada orang lain, meskipun keinginan itu adalah yang terbaik menurutnya. Maka, bagi Muhammadiyah, gagasan tentang negara Islam patut ditimbang-timbang kembali, sebelum terburu-buru diselenggarakan.
Titik temu kedua peran tersebut melahirkan peran ketiga, yakni langkah-langkah konkret pembenahan berbagai sektor kehidupan yang semrawut di masa kini. Di antaranya membersihkan kekuasaan negara dari elit yang mengambil hak umat, atau lazim disebut praktik KKN; pemberdayaan generasi muda dengan investasi pendidikan dan sosial; dan, memberi teladan kepada umat bahwa sesungguhnya politik adalah tugas mulia, karena cita-cita ideal yang menyangkut hajat hidup orang banyak hanya bisa diejawantahkan dengan tata politik-ekonomi yang santun dan berkeadaban.
Selebihnya, buku inilah yang mengurai hal-hal di atas dengan panjang lebar.
Negara Muhammadiyah (Mendekap Politik dengan Perhitungan)
NEGARA MUHAMMADIYAH
Mendekap Politik dengan Perhitungan
Karya: Syarifuddin Jurdi
Ukuran: 14,5 x 21 cm
Tebal: xvii + 253 Halaman
Harga: Rp 30.000,-
Buku ini bertutur tentang peran politik salah satu organisasi keagamaan terbesar dan tertua di Negara tercinta ini. Muhammadiyah.
Bagaimana Muhammadiyah memainkan peran politiknya tentu tidak akan terlepas dari skenario “drama politik” secara keseluruhan yang berlaku di Negara ini, sebab skenario tersebut sesungguhnya adalah terjemahan cita-cita ideal yang ingin dituju oleh segenap bangsa ini.
Apakah Muhammadiyah punya skenario sendiri yang mesti dimainkan dalam “drama politik” kontemporer, saat Negara ini dilanda begitu banyak krisis? Setidaknya ada tiga jawaban yang ditawarkan buku ini untuk pertanyaan tersebut.
Pertama, berkaca pada masa lalu, melihat sumber jati diri Muhammadiyah itu sendiri. Di sini akan ditemukan dua kata yang mesti dipegang Muhammadiyah dalam peran apa pun yang dimainkannya, “pemberdayaan umat.” Bagi Muhammadiyah, umat adalah di atas segala-galanya. Jadi tidak tepat kiranya kalau ada elit Muhammadiyah yang menggiring umat hanya demi politik dan kekuasaan.
Kedua, meninjau jarak ke masa depan. Di masa datang, umat akan menghadapi tantangan yang bukannya tambah berkurang. Tantangan terbesar adalah globalisasi kebudayaan yang mengharuskan setiap orang di muka bumi ini untuk tidak lagi menutup diri sambil membusungkan dada menyatakan dialah yang paling benar. Situasi sosial-politik membuat orang tidak lagi bisa memaksakan keinginan kepada orang lain, meskipun keinginan itu adalah yang terbaik menurutnya. Maka, bagi Muhammadiyah, gagasan tentang negara Islam patut ditimbang-timbang kembali, sebelum terburu-buru diselenggarakan.
Titik temu kedua peran tersebut melahirkan peran ketiga, yakni langkah-langkah konkret pembenahan berbagai sektor kehidupan yang semrawut di masa kini. Di antaranya membersihkan kekuasaan negara dari elit yang mengambil hak umat, atau lazim disebut praktik KKN; pemberdayaan generasi muda dengan investasi pendidikan dan sosial; dan, memberi teladan kepada umat bahwa sesungguhnya politik adalah tugas mulia, karena cita-cita ideal yang menyangkut hajat hidup orang banyak hanya bisa diejawantahkan dengan tata politik-ekonomi yang santun dan berkeadaban.
Selebihnya, buku inilah yang mengurai hal-hal di atas dengan panjang lebar.
Mendekap Politik dengan Perhitungan
Karya: Syarifuddin Jurdi
Ukuran: 14,5 x 21 cm
Tebal: xvii + 253 Halaman
Harga: Rp 30.000,-
Buku ini bertutur tentang peran politik salah satu organisasi keagamaan terbesar dan tertua di Negara tercinta ini. Muhammadiyah.
Bagaimana Muhammadiyah memainkan peran politiknya tentu tidak akan terlepas dari skenario “drama politik” secara keseluruhan yang berlaku di Negara ini, sebab skenario tersebut sesungguhnya adalah terjemahan cita-cita ideal yang ingin dituju oleh segenap bangsa ini.
Apakah Muhammadiyah punya skenario sendiri yang mesti dimainkan dalam “drama politik” kontemporer, saat Negara ini dilanda begitu banyak krisis? Setidaknya ada tiga jawaban yang ditawarkan buku ini untuk pertanyaan tersebut.
Pertama, berkaca pada masa lalu, melihat sumber jati diri Muhammadiyah itu sendiri. Di sini akan ditemukan dua kata yang mesti dipegang Muhammadiyah dalam peran apa pun yang dimainkannya, “pemberdayaan umat.” Bagi Muhammadiyah, umat adalah di atas segala-galanya. Jadi tidak tepat kiranya kalau ada elit Muhammadiyah yang menggiring umat hanya demi politik dan kekuasaan.
Kedua, meninjau jarak ke masa depan. Di masa datang, umat akan menghadapi tantangan yang bukannya tambah berkurang. Tantangan terbesar adalah globalisasi kebudayaan yang mengharuskan setiap orang di muka bumi ini untuk tidak lagi menutup diri sambil membusungkan dada menyatakan dialah yang paling benar. Situasi sosial-politik membuat orang tidak lagi bisa memaksakan keinginan kepada orang lain, meskipun keinginan itu adalah yang terbaik menurutnya. Maka, bagi Muhammadiyah, gagasan tentang negara Islam patut ditimbang-timbang kembali, sebelum terburu-buru diselenggarakan.
Titik temu kedua peran tersebut melahirkan peran ketiga, yakni langkah-langkah konkret pembenahan berbagai sektor kehidupan yang semrawut di masa kini. Di antaranya membersihkan kekuasaan negara dari elit yang mengambil hak umat, atau lazim disebut praktik KKN; pemberdayaan generasi muda dengan investasi pendidikan dan sosial; dan, memberi teladan kepada umat bahwa sesungguhnya politik adalah tugas mulia, karena cita-cita ideal yang menyangkut hajat hidup orang banyak hanya bisa diejawantahkan dengan tata politik-ekonomi yang santun dan berkeadaban.
Selebihnya, buku inilah yang mengurai hal-hal di atas dengan panjang lebar.
Rabu, 06 Agustus 2014
Makna Fisika Baru Dalam Kehidupan
MAKNA FISIKA BARU DALAM KEHIDUPAN
The Dancing Wu Li Master
Karya: Gary Zukaf
Ukuran Buku: 15,5 x 24 cm
Harga Rp 42.500,-
Istilah “fisika kontemporer” yang digunakan dalam buku ini bisa berarti mekanika kuantum yang diawali oleh teori kuantum Max Planck (1900) dan dapat pula merujuk pada teori relativitas yang dimulai dengan teori relativitas khusus Albert Einstein (1905). Fisika lama adalah fisika Isaac Newton, yang dia rumuskan kira-kira tiga-ratus tahun yang lalu. “Fisika klasik” adalah fisika yang berupaya menjelaskan realitas dengan cara sedemikian hingga setiap elemen realitas fisik berkorespondensi dengan teori. Karena itu, fisika klasik mencakup fisika Isaac Newton dan teori relativitas secara berurutan. Namun, fisika klasik tidak mencakup mekanika kuantum. Ini merupakan salah satu faktor yang menjadikan mekanika kuantum sebagai ilmu yang unik.
Bersabarlah saat Anda membaca buku ini. Buku ini memuat berbagai cerita yang kaya dengan berbagai sisi yang semua0.nya amat sulit dan membingungkan. Anda tidak akan dapat memahami seluruhnya dalam sekali baca, seperti ketika anda mencoba memahami cerita War and Peace, Crime and Punishment dan Les Miserables sekaligus dalam sekali baca. Saya sarankan anda membaca buku ini dengan santai dan jangan mencoba mempelajari apa yang ada di dalamnya. Ada indeks lengkap pada bagian akhir buku ini dan daftar isi yang cukup bagus pada bagian depan. Dengan memanfaatkan keduanya, anda bisa memilih subjek yang menarik perhatian anda. Selain itu, dengan menikmatinya, anda mungkin bisa mengingat lebih banyak daripada bila anda berketetapan ingin mempelajarinya.
Catatan terakhir; buku ini bukanlah buku tentang fisika dan filsafat timur. Meskipun kerangka puitis kata Wu Li memang patut untuk perbandingan semacam ini, buku ini sesungguhnya hanya berbicara tentang fisika kuantum dan relativitas.
The Dancing Wu Li Master
Karya: Gary Zukaf
Ukuran Buku: 15,5 x 24 cm
Harga Rp 42.500,-
Istilah “fisika kontemporer” yang digunakan dalam buku ini bisa berarti mekanika kuantum yang diawali oleh teori kuantum Max Planck (1900) dan dapat pula merujuk pada teori relativitas yang dimulai dengan teori relativitas khusus Albert Einstein (1905). Fisika lama adalah fisika Isaac Newton, yang dia rumuskan kira-kira tiga-ratus tahun yang lalu. “Fisika klasik” adalah fisika yang berupaya menjelaskan realitas dengan cara sedemikian hingga setiap elemen realitas fisik berkorespondensi dengan teori. Karena itu, fisika klasik mencakup fisika Isaac Newton dan teori relativitas secara berurutan. Namun, fisika klasik tidak mencakup mekanika kuantum. Ini merupakan salah satu faktor yang menjadikan mekanika kuantum sebagai ilmu yang unik.
Bersabarlah saat Anda membaca buku ini. Buku ini memuat berbagai cerita yang kaya dengan berbagai sisi yang semua0.nya amat sulit dan membingungkan. Anda tidak akan dapat memahami seluruhnya dalam sekali baca, seperti ketika anda mencoba memahami cerita War and Peace, Crime and Punishment dan Les Miserables sekaligus dalam sekali baca. Saya sarankan anda membaca buku ini dengan santai dan jangan mencoba mempelajari apa yang ada di dalamnya. Ada indeks lengkap pada bagian akhir buku ini dan daftar isi yang cukup bagus pada bagian depan. Dengan memanfaatkan keduanya, anda bisa memilih subjek yang menarik perhatian anda. Selain itu, dengan menikmatinya, anda mungkin bisa mengingat lebih banyak daripada bila anda berketetapan ingin mempelajarinya.
Catatan terakhir; buku ini bukanlah buku tentang fisika dan filsafat timur. Meskipun kerangka puitis kata Wu Li memang patut untuk perbandingan semacam ini, buku ini sesungguhnya hanya berbicara tentang fisika kuantum dan relativitas.
Kisah Inspirasi Marketing
KISAH INSPIRATIF MARKETING
Belajar Marketing Pada Yang Telah Sukses Menjalaninya
Karya: Erwin Dzulfikar, M.A.
Ukuran 14,5 x 21 cm
Tebal x + 150 Halaman
Harga: Rp 30.000,-
Studi mengenai marketing atau yang lebih di¬ke¬nal dengan pemasaran saat ini telah men¬jadi tema sen¬tral yang menggejala dalam dunia per¬bisnisan, bah¬kan ia menjadi “jiwa” perusahaan atau bisnis itu sendiri. Perbincangannya tidak hanya ber¬skala kecil namun juga dalam skala besar, meluas dan terus di¬kaji kemudian di¬kembangkan sedemi¬kian rupa di forum lokal, nasional maupun kaliber manca¬negara. Sudah banyak teori yang tercipta dan pastinya me¬nga-lami fase trial and error. Se¬jatinya berbicara ten¬tang marketing pasti tak lepas dengan sesosok personal yang tidak hanya memiliki strategi-tak¬tik jitu, daya sabar dan keuletan, namun juga ha¬rus mem¬¬punyai kemampuan berkomunikasi secara cantik dan menarik perhatian orang lain. Sosok perso¬nal itu kemudian kita sebut dengan istilah marketer yang me¬miliki personal of branding.
Sesungguhnya personal of branding berbicara tentang bagaimana Anda melakukan self-packaging, melakukan sesuatu hal yang memiliki nilai unique yang tentunya ti¬dak dimiliki oleh orang lain dan ke¬mu¬dian menjadi ti¬tik tegas pembeda antara Anda dan individu lainnya. Se¬cara personal, Anda juga akan merasakan keuntungan dari personal bran¬ding ini, Anda lebih mudah untuk di¬ingat pada saat di mana pun Anda menjual sebuah pro¬duk maupun jasa Anda di dunia nyata maupun di dunia maya.
Sebagai sampel misalnya Tung Desem Waringin saat melemparkan uang dari pesawat senilai lebih dari 100 juta. Nah setiap siapa pun yang tahu dan ingin mencerita¬kan sosok Waringin ke orang lain, se¬tiap mereka akan ber¬kisah “ingat gak ada orang yang dulu sempat mem¬buat hujan uang, dan diliput oleh berbagai media di 5 benua di dunia ini?”, biasa¬nya orang akan ingat, karena begitu kuatnya bran¬ding yang dibuat saat itu, meng¬akibat¬kan terjadinya kehebohan yang bereforia luar biasa dan semua ¬orang menceritakan satu sama lainnya ten¬tang hal ini.
Lalu pertanyaan adalah bagaimana membuat bran¬ding untuk diri Anda? Tentu Anda tidak akan ber¬pikir melakukan hujan uang kedua bukan!, atau pun hal yang sifatnya plagiasi. Untuk membuat personal bran¬ding diri, bisa Anda lakukan dengan meng¬¬gunakan tag¬line yang mencerminkan siapa Anda sebenarnya. Begitu pula pentingnya meng¬gu¬na¬kan logo sehingga meng¬ingat¬kan kepada ¬orang siapa Anda. Dan jika branding Anda kuat bahkan mem¬buat Anda lebih mudah dalam menjual produk melalui media internet.
Nah, buku ini secara gamblang memuat kisah-ki¬sah inspiratif tentang para pemasar yang telah me¬raih ke¬suksesan dalam menjalankan roda ¬marketing yang di¬jalankannya. Sapaan coba dan tantangan yang mem¬bentur¬nya menjadi warna kental ter¬sendiri pada setiap lembaran kesehariannya yang mereka apresiasi sebagai peluang. Personal ini sangat tahu, apa yang mesti mereka persiapkan dan satu hal yang terpenting adalah bagai¬mana menjadikan tantangan dan tantangan berbagai per¬soalan itu berubah men¬jadi sesuatu yang sangat menakjubkan.
Belajar Marketing Pada Yang Telah Sukses Menjalaninya
Karya: Erwin Dzulfikar, M.A.
Ukuran 14,5 x 21 cm
Tebal x + 150 Halaman
Harga: Rp 30.000,-
Studi mengenai marketing atau yang lebih di¬ke¬nal dengan pemasaran saat ini telah men¬jadi tema sen¬tral yang menggejala dalam dunia per¬bisnisan, bah¬kan ia menjadi “jiwa” perusahaan atau bisnis itu sendiri. Perbincangannya tidak hanya ber¬skala kecil namun juga dalam skala besar, meluas dan terus di¬kaji kemudian di¬kembangkan sedemi¬kian rupa di forum lokal, nasional maupun kaliber manca¬negara. Sudah banyak teori yang tercipta dan pastinya me¬nga-lami fase trial and error. Se¬jatinya berbicara ten¬tang marketing pasti tak lepas dengan sesosok personal yang tidak hanya memiliki strategi-tak¬tik jitu, daya sabar dan keuletan, namun juga ha¬rus mem¬¬punyai kemampuan berkomunikasi secara cantik dan menarik perhatian orang lain. Sosok perso¬nal itu kemudian kita sebut dengan istilah marketer yang me¬miliki personal of branding.
Sesungguhnya personal of branding berbicara tentang bagaimana Anda melakukan self-packaging, melakukan sesuatu hal yang memiliki nilai unique yang tentunya ti¬dak dimiliki oleh orang lain dan ke¬mu¬dian menjadi ti¬tik tegas pembeda antara Anda dan individu lainnya. Se¬cara personal, Anda juga akan merasakan keuntungan dari personal bran¬ding ini, Anda lebih mudah untuk di¬ingat pada saat di mana pun Anda menjual sebuah pro¬duk maupun jasa Anda di dunia nyata maupun di dunia maya.
Sebagai sampel misalnya Tung Desem Waringin saat melemparkan uang dari pesawat senilai lebih dari 100 juta. Nah setiap siapa pun yang tahu dan ingin mencerita¬kan sosok Waringin ke orang lain, se¬tiap mereka akan ber¬kisah “ingat gak ada orang yang dulu sempat mem¬buat hujan uang, dan diliput oleh berbagai media di 5 benua di dunia ini?”, biasa¬nya orang akan ingat, karena begitu kuatnya bran¬ding yang dibuat saat itu, meng¬akibat¬kan terjadinya kehebohan yang bereforia luar biasa dan semua ¬orang menceritakan satu sama lainnya ten¬tang hal ini.
Lalu pertanyaan adalah bagaimana membuat bran¬ding untuk diri Anda? Tentu Anda tidak akan ber¬pikir melakukan hujan uang kedua bukan!, atau pun hal yang sifatnya plagiasi. Untuk membuat personal bran¬ding diri, bisa Anda lakukan dengan meng¬¬gunakan tag¬line yang mencerminkan siapa Anda sebenarnya. Begitu pula pentingnya meng¬gu¬na¬kan logo sehingga meng¬ingat¬kan kepada ¬orang siapa Anda. Dan jika branding Anda kuat bahkan mem¬buat Anda lebih mudah dalam menjual produk melalui media internet.
Nah, buku ini secara gamblang memuat kisah-ki¬sah inspiratif tentang para pemasar yang telah me¬raih ke¬suksesan dalam menjalankan roda ¬marketing yang di¬jalankannya. Sapaan coba dan tantangan yang mem¬bentur¬nya menjadi warna kental ter¬sendiri pada setiap lembaran kesehariannya yang mereka apresiasi sebagai peluang. Personal ini sangat tahu, apa yang mesti mereka persiapkan dan satu hal yang terpenting adalah bagai¬mana menjadikan tantangan dan tantangan berbagai per¬soalan itu berubah men¬jadi sesuatu yang sangat menakjubkan.
Kemampuan Adikodrati Melihat dan Mengendalikan Masa Depan
KEMAMPUAN ADIKODRATI
Melihat dan Mengendalikan Masa Depan
Ukuran Buku: 14,5 x 21 cm
Karya: Harold Sherman
Harga: Rp 29.500,-
Seorang wanita Detroit, terbangun di suatu pagi setelah sebuah mimpi memperingatkan agar suaminya menunda keberangkatan piknik keluarga. Padahal, waktu keberangkatan sudah direncanakan matang. Namun mimpinya memperingatkan, mereka akan mendapat kecelakaan bila berangkat sesuai dengan waktu yang telah direncanakan itu.
“Aku tidak dapat menjelaskan hal itu,” kata sang isteri, “namun aku merasa, bila kita berangkat sesuai rencana, sesuatu yang buruk akan terjadi.”
“Sungguh konyol,” jawab suaminya. “Bila kita tidak berangkat sesuai rencana, kita akan kemalaman. Kamu kan tahu, aku paling benci mengendarai mobil dimalam hari.”
“Baiklah,” jawab isterinya, “aku peringatkan kamu, aku tidak mau berangkat sesuai rencana kecuali kamu mengunci semua pintu mobil.”
“Baik!” sahut suaminya gusar. “Kita belum pernah melakukan hal seperti ini…………..dan kamu juga tidak pernah bertingkah laku seperti ini se¬belumnya. Ayolah, mari kita pergi. Aku tidak ingin terlambat.”
Keluarga Duncan lalu memenuhi mobilnya dengan dua anak mereka dan barang-barang bawaan, mengunci pintu mobil dan berangkat.
Mobil mereka belum sampai setengah jam di jalan bebas hambatan sebelum akhirnya, pada sebuah belokan, tiba-tiba mereka berpapasan dengan sebuah mobil yang melaju kencang. Mobil itu berada di lintasan yang salah, langsung mengarah pada mobil keluarga Duncan.
Untuk menghindari tabrakan, Tuan Duncan membelokkan mobilnya keluar badan jalan, lalu berguling kebawah tebing berbatu, terbalik dua kali dan akhirnya berhenti setelah menabrak sebuah pohon. Keluarga Duncan, yakni suami, isteri dan anak-anak terbanting-banting di dalam mobil. Namun karena pintu mobil terkunci, tak seorangpun terlempar keluar. Mereka telah tertolong dari sebuah kecelakaan yang hampir fatal. Mereka hanya menderita sedikit memar, namun mobilnya tergores cukup parah.
Dalam kasus ini, jelas terjadi tindakan pencegahan awal. Disebabkan oleh perasaan indera keenam Ny. Duncan, maka keluarga Duncan dapat terselamatkan jiwanya dan dari cedera parah.
Ini bukanlah satu-satunya pengalaman. Ribuan kasus-kasus serupa telah terjadi dan dilaporkan oleh berbagai lembaga penelitian psychic. Ada bukti nyata bahwa ada bagian pikiran yang lebih tinggi mencoba untuk menuntun dan melindungi kita semua. Itu akan terjadi bila kita mau mempelajari untuk mengenali dan memperhatikannya.
Melihat dan Mengendalikan Masa Depan
Ukuran Buku: 14,5 x 21 cm
Karya: Harold Sherman
Harga: Rp 29.500,-
Seorang wanita Detroit, terbangun di suatu pagi setelah sebuah mimpi memperingatkan agar suaminya menunda keberangkatan piknik keluarga. Padahal, waktu keberangkatan sudah direncanakan matang. Namun mimpinya memperingatkan, mereka akan mendapat kecelakaan bila berangkat sesuai dengan waktu yang telah direncanakan itu.
“Aku tidak dapat menjelaskan hal itu,” kata sang isteri, “namun aku merasa, bila kita berangkat sesuai rencana, sesuatu yang buruk akan terjadi.”
“Sungguh konyol,” jawab suaminya. “Bila kita tidak berangkat sesuai rencana, kita akan kemalaman. Kamu kan tahu, aku paling benci mengendarai mobil dimalam hari.”
“Baiklah,” jawab isterinya, “aku peringatkan kamu, aku tidak mau berangkat sesuai rencana kecuali kamu mengunci semua pintu mobil.”
“Baik!” sahut suaminya gusar. “Kita belum pernah melakukan hal seperti ini…………..dan kamu juga tidak pernah bertingkah laku seperti ini se¬belumnya. Ayolah, mari kita pergi. Aku tidak ingin terlambat.”
Keluarga Duncan lalu memenuhi mobilnya dengan dua anak mereka dan barang-barang bawaan, mengunci pintu mobil dan berangkat.
Mobil mereka belum sampai setengah jam di jalan bebas hambatan sebelum akhirnya, pada sebuah belokan, tiba-tiba mereka berpapasan dengan sebuah mobil yang melaju kencang. Mobil itu berada di lintasan yang salah, langsung mengarah pada mobil keluarga Duncan.
Untuk menghindari tabrakan, Tuan Duncan membelokkan mobilnya keluar badan jalan, lalu berguling kebawah tebing berbatu, terbalik dua kali dan akhirnya berhenti setelah menabrak sebuah pohon. Keluarga Duncan, yakni suami, isteri dan anak-anak terbanting-banting di dalam mobil. Namun karena pintu mobil terkunci, tak seorangpun terlempar keluar. Mereka telah tertolong dari sebuah kecelakaan yang hampir fatal. Mereka hanya menderita sedikit memar, namun mobilnya tergores cukup parah.
Dalam kasus ini, jelas terjadi tindakan pencegahan awal. Disebabkan oleh perasaan indera keenam Ny. Duncan, maka keluarga Duncan dapat terselamatkan jiwanya dan dari cedera parah.
Ini bukanlah satu-satunya pengalaman. Ribuan kasus-kasus serupa telah terjadi dan dilaporkan oleh berbagai lembaga penelitian psychic. Ada bukti nyata bahwa ada bagian pikiran yang lebih tinggi mencoba untuk menuntun dan melindungi kita semua. Itu akan terjadi bila kita mau mempelajari untuk mengenali dan memperhatikannya.
Investasi Syari'ah Islam
INVESTASI SYARI’AH ISLAM
Implementasi Konsep pada Kenyataan Empirik
Editor: Jusmaliani,
Ukuran Buku: 14.5 x 21 cm
Tebal: xviii + 466
Harga: Rp 60.000,-
PENGANTAR EDITOR
Dengan memanjatkan Syukur Alhamdulillah, dengan izinNya akhirnya buku ini dapat diterbitkan bekerjasama dengan penerbit Kreasi Wacana. Buku ini merupakan ramuan dari analisis beberapa penulis tentang topik investasi yang Islami. Investasi bagaimanapun terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi, sedangkan pertumbuhan ini sangat penting dalam pembangunan. Kenyataan empirik memperlihatkan bagaimana pemerintah harus mengotak-atik berbagai peraturan untuk menjadikan iklim investasi menarik bagi pemodal. Namun sampai sejauh ini hasil yang optimal belum dicapai.
Dalam pada itu banyak bank memiliki kelebihan likuiditas, yang berarti dana pihak ketiga yang berhasil mereka himpun tidak tersalurkan pada sektor riel. Pertumbuhan memang terjadi tetapi bukan pertumbuhan yang didorong oleh investasi, melainkan pertumbuhan yang dipicu oleh konsumsi. Dana perbankan yang mengalir ke masyarakat di dominasi oleh kredit perorangan, apakh itu dalam bentuk cicilan barang, kartu kredit dan sebagainya. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang dipacu oleh konsumsi bukanlah sesuatu yang sustainable, pada waktunya akan terjadi kemandegan
Kenyataan empirik juga menunjukkan bahwa penduduk Muslim terbesar adalah di negara kita, yang bagaimanapun tentu memiliki modal yang dapat dikembangkan sebagai investasi. Namun potensi yang ada ini belum dapat digerakkan untuk mendukung perekonomian. Apakah karena mereka menyimpan dananya di bank-bank komersial dan bank-bank ini, seperti diulas dimuka, tidak mampu menyalurkannya ke sektor riel. Selain itu negara-negara muslim Timur Tengah yang kaya minyak juga belum memperlihatkan minat untuk melakukan investasi di Indonesia. Intinya baik potensi investor dalam negeri maupun luar negeri belum dapat kita optimalkan.
Investasi dapat dibedakan kedalam investasi langsung (direct investment) dan investasi portofolio. Jika investasi langsung mengalami kemunduran, maka investasi portofolio yang lebih berfluktuasi cukup diminati, terutama karena spekulasi keuntungan yang dijanjikannya. Akan tetapi risiko mengandalkan investasi ini cukup tinggi, karena sangat tergantung pada tingkat bunga dan permainan spekulan. Jika tingkat bunga luar negeri naik, maka dana portofolio inipun akan lari ketempat yang memberikan keuntungan lebih tinggi. Jelas investasi seperti ini tidak Islami. Untuk menjawab keinginan masyarakat melakukan investasi dalam bentuk saham ataupun obligasi yang sesuai dengan kaidah Islam, maka saat ini sudah berkembang reksadana syari’ah dan obligasi syari’ah.
Buku ini dalam garis besarnya dapat dikelompokkan dalam tiga bagian. Bagian pertama memberi pengenalan tentang konsep Islam dalam investasi sekaligus mencoba menjawab perlunya pemecahan secara Islami terhadap berbagai tantangan dan permasalahan ekonomi diseputar investasi. Bagian ini diisi oleh tiga bab yaitu pertama mengenai landasan filosofi investasi yang Islami. Disini diulas landasan normatif etika investasi yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist, yaitu landasan tauhid, keadilan/kesejajaran, kehendak bebas dan pertanggungjawaban. Selain itu bab ini juga memberikan rambu-rambu dalam pengembangan harta kekayaan.
Bab kedua mencoba menjelaskan apa yang selama ini difahami sebagai investasi secara sederhana, kemudian berkembangnya apa yang disebut dengan SRI (socially responsible investment). Jenis investasi ini banyak kesesuaiannya dengan konsep Islam namun belum tentu sepenuhnya sesuai syari’ah. Jadi investasi yang Islami pasti memenuhi persyaratan SRI, sebaliknya SRI belum tentu Islami. Selain itu dalam bab ini dibahas pula investasi yang dilakukan pada jaman khalifah Umar bin Khathab.
Bab tiga mencoba mengkaji batasan-batasan yang diberikan dalam investasi khususnya investasi portofolio. Seperti disinggung dimuka reksadana dan obligasi syari’ah akhir-akhir ini berkembang cukup baik di dunia. Dalam skala dunia ada DJII (Dow Jones Islamic Index), dan di Indonesia ada JII (Jakarta Islamic Index). Kriteria investasi Islami antara lain harus memperhatikan struktur piutang dan struktur utang, serta pendapatan bunga yang tidak melebihi tingkat tertentu. Untuk yang terakhir ini perlu dilakukan proses pemurnian (purifying process), sehingga suatu perusahaan yang akan masuk dalam pasar saham syari’ah dapat dianggap terbebas dari unsur haram
Bagian kedua buku merupakan kajian empirik investasi di Indonesia dan di dunia Muslim pada umumnya. Diawali dengan tulisan pertama dalam bab empat dimana digambarkan kondisi investasi yang nyata di Indonesia. Mencermati perkembangan PMDN dan PMA, ternyata perbandingan antara realisasi investasi dengan persetujuan investasi dalam 11 tahun terakhir lebih tinggi pada PMA (rata-rata mencapai 40,13%), sedangkan pada PMDN angka rata-ratanya hanya 28,03%. Sumber investasi dari negara-negara Muslim kaya tampak belum dimanfaatkan karena terbentur dengan infrastruktur (belum adanya undang-undang yang mengatur obligasi syari’ah).
Tulisan kedua dalam bab lima mencoba mengkaji investasi dalam dunia Islam. Negara-negara yang disorot adalah negara dimana mayoritas penduduknya muslim. Dua negara muslim diangkat sebagai studi kasus yaitu Malaysia dan Sierra Leone. Diharapkan ada pembelajaran yang dapat ditaik dari dua kasus ini. Kajian empirik ketiga dalam bab enam membandingkan kinerja antara ethical investment dan non-ethical investment. Ethical investment diwakili oleh Jakarta Islamic Index, sedangkan non-ethical diwakili oleh Jakarta Composite Index dan LQ-45. Pendekatan volatilitas dipilih untuk melihat sejauh mana pasar modal Islami dan konvensional dapat menghadapi shock dari periode sebelumnya atau persisten dalam menghadapinya.
Bagian ketiga mencoba mengkaji ulang berbagai instrumen investasi syari’ah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Dua sumber investasi yang tidak ditemukan dalam ekonomi konvensional, yaitu pertama zakat yang dalam tulisan ini kajiannya lebih konseptual dengan memasukkannya dalam fungsi investasi. Secara teoritis disini akan terlihat perubahan dari fungsi investasi konvensional yang tidak memiliki variabel zakat dengan fungsi investasi Islam yang memiliki variabel ini.
Sedangkan perkembangan wakaf yang disajikan dalam bab delapan cukup menarik untuk dicermati. Potensi wakaf cukup besar dan pemanfaatan yang cerdik membolehkan menginvestasikannya untuk infrastruktur baik pendidikan maupun kesehatan, sehingga merupakan solusi yang tepat terhadap masalah akses masyarakat miskin pada pendidikan dan kesehatan. Apa yang dikenal selama ini dalam masyarakat adalah wakaf tanah untuk kuburan atau untuk mesjid.
Sukuk adalah obligasi syari’ah yang belum berkembang di Indonesia. Belum berkembangnya instrumen inilah antara lain yang menyebabkan tersendatnya kita menarik dana dari negara-negara minyak Timur Tengah. Di Indonesia sukuk malah dikeluarkan oleh swasta seperti Indosat, sedangkan sovereign sukook belum dikembangkan.
Instrumen berikut yang diulas dalam bab sepuluh adalah asuransi. Perkembangan dalam dunia asuransi secara umum, memang telah mengkombinasikan pertanggungan dengan investasi. Asuransi syari’ah saat ini baru dalam tahap awal, namun perkembangannya cukup tajam. Menarik untuk mengetahui perbedaan antara asuransi konvensional dengan asuransi syari’ah, karena keduanya sama-sama memiliki aspek investasi di dalamnya.
Instrumen investasi terakhir yang dibahas adalah mekanisme pembiayaan untuk pemilikan rumah. Selama ini masyarakat hanya mengenal kredit pemilikan rumah (KPR) dari bank-bank konvensional. Belum banyak diantara kita yang mengenal akad Musyarakah Mutanaqisah sebagai sumber pembiayaan untuk pemilikan rumah, sekalipun skim ini sudah populer di Eropa dan Kanada.
Pada kesempatan ini, kami dari tim penulis ingin mengucapkan terima kasih pada Pusat Penelitian Ekonomi, LIPI yang telah mendanai studi tentang investasi yang Islami ini melalui anggaran DIPA tahun 2007. Terima kasih yang sama juga kami ucapkan untuk penerbit Kreasi Wacana yang telah membantu menerbitkan buku ini. Semoga kerjasama yang telah lama kita bina ini dapat terus berlangsung terus.
Implementasi Konsep pada Kenyataan Empirik
Editor: Jusmaliani,
Ukuran Buku: 14.5 x 21 cm
Tebal: xviii + 466
Harga: Rp 60.000,-
PENGANTAR EDITOR
Dengan memanjatkan Syukur Alhamdulillah, dengan izinNya akhirnya buku ini dapat diterbitkan bekerjasama dengan penerbit Kreasi Wacana. Buku ini merupakan ramuan dari analisis beberapa penulis tentang topik investasi yang Islami. Investasi bagaimanapun terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi, sedangkan pertumbuhan ini sangat penting dalam pembangunan. Kenyataan empirik memperlihatkan bagaimana pemerintah harus mengotak-atik berbagai peraturan untuk menjadikan iklim investasi menarik bagi pemodal. Namun sampai sejauh ini hasil yang optimal belum dicapai.
Dalam pada itu banyak bank memiliki kelebihan likuiditas, yang berarti dana pihak ketiga yang berhasil mereka himpun tidak tersalurkan pada sektor riel. Pertumbuhan memang terjadi tetapi bukan pertumbuhan yang didorong oleh investasi, melainkan pertumbuhan yang dipicu oleh konsumsi. Dana perbankan yang mengalir ke masyarakat di dominasi oleh kredit perorangan, apakh itu dalam bentuk cicilan barang, kartu kredit dan sebagainya. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang dipacu oleh konsumsi bukanlah sesuatu yang sustainable, pada waktunya akan terjadi kemandegan
Kenyataan empirik juga menunjukkan bahwa penduduk Muslim terbesar adalah di negara kita, yang bagaimanapun tentu memiliki modal yang dapat dikembangkan sebagai investasi. Namun potensi yang ada ini belum dapat digerakkan untuk mendukung perekonomian. Apakah karena mereka menyimpan dananya di bank-bank komersial dan bank-bank ini, seperti diulas dimuka, tidak mampu menyalurkannya ke sektor riel. Selain itu negara-negara muslim Timur Tengah yang kaya minyak juga belum memperlihatkan minat untuk melakukan investasi di Indonesia. Intinya baik potensi investor dalam negeri maupun luar negeri belum dapat kita optimalkan.
Investasi dapat dibedakan kedalam investasi langsung (direct investment) dan investasi portofolio. Jika investasi langsung mengalami kemunduran, maka investasi portofolio yang lebih berfluktuasi cukup diminati, terutama karena spekulasi keuntungan yang dijanjikannya. Akan tetapi risiko mengandalkan investasi ini cukup tinggi, karena sangat tergantung pada tingkat bunga dan permainan spekulan. Jika tingkat bunga luar negeri naik, maka dana portofolio inipun akan lari ketempat yang memberikan keuntungan lebih tinggi. Jelas investasi seperti ini tidak Islami. Untuk menjawab keinginan masyarakat melakukan investasi dalam bentuk saham ataupun obligasi yang sesuai dengan kaidah Islam, maka saat ini sudah berkembang reksadana syari’ah dan obligasi syari’ah.
Buku ini dalam garis besarnya dapat dikelompokkan dalam tiga bagian. Bagian pertama memberi pengenalan tentang konsep Islam dalam investasi sekaligus mencoba menjawab perlunya pemecahan secara Islami terhadap berbagai tantangan dan permasalahan ekonomi diseputar investasi. Bagian ini diisi oleh tiga bab yaitu pertama mengenai landasan filosofi investasi yang Islami. Disini diulas landasan normatif etika investasi yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist, yaitu landasan tauhid, keadilan/kesejajaran, kehendak bebas dan pertanggungjawaban. Selain itu bab ini juga memberikan rambu-rambu dalam pengembangan harta kekayaan.
Bab kedua mencoba menjelaskan apa yang selama ini difahami sebagai investasi secara sederhana, kemudian berkembangnya apa yang disebut dengan SRI (socially responsible investment). Jenis investasi ini banyak kesesuaiannya dengan konsep Islam namun belum tentu sepenuhnya sesuai syari’ah. Jadi investasi yang Islami pasti memenuhi persyaratan SRI, sebaliknya SRI belum tentu Islami. Selain itu dalam bab ini dibahas pula investasi yang dilakukan pada jaman khalifah Umar bin Khathab.
Bab tiga mencoba mengkaji batasan-batasan yang diberikan dalam investasi khususnya investasi portofolio. Seperti disinggung dimuka reksadana dan obligasi syari’ah akhir-akhir ini berkembang cukup baik di dunia. Dalam skala dunia ada DJII (Dow Jones Islamic Index), dan di Indonesia ada JII (Jakarta Islamic Index). Kriteria investasi Islami antara lain harus memperhatikan struktur piutang dan struktur utang, serta pendapatan bunga yang tidak melebihi tingkat tertentu. Untuk yang terakhir ini perlu dilakukan proses pemurnian (purifying process), sehingga suatu perusahaan yang akan masuk dalam pasar saham syari’ah dapat dianggap terbebas dari unsur haram
Bagian kedua buku merupakan kajian empirik investasi di Indonesia dan di dunia Muslim pada umumnya. Diawali dengan tulisan pertama dalam bab empat dimana digambarkan kondisi investasi yang nyata di Indonesia. Mencermati perkembangan PMDN dan PMA, ternyata perbandingan antara realisasi investasi dengan persetujuan investasi dalam 11 tahun terakhir lebih tinggi pada PMA (rata-rata mencapai 40,13%), sedangkan pada PMDN angka rata-ratanya hanya 28,03%. Sumber investasi dari negara-negara Muslim kaya tampak belum dimanfaatkan karena terbentur dengan infrastruktur (belum adanya undang-undang yang mengatur obligasi syari’ah).
Tulisan kedua dalam bab lima mencoba mengkaji investasi dalam dunia Islam. Negara-negara yang disorot adalah negara dimana mayoritas penduduknya muslim. Dua negara muslim diangkat sebagai studi kasus yaitu Malaysia dan Sierra Leone. Diharapkan ada pembelajaran yang dapat ditaik dari dua kasus ini. Kajian empirik ketiga dalam bab enam membandingkan kinerja antara ethical investment dan non-ethical investment. Ethical investment diwakili oleh Jakarta Islamic Index, sedangkan non-ethical diwakili oleh Jakarta Composite Index dan LQ-45. Pendekatan volatilitas dipilih untuk melihat sejauh mana pasar modal Islami dan konvensional dapat menghadapi shock dari periode sebelumnya atau persisten dalam menghadapinya.
Bagian ketiga mencoba mengkaji ulang berbagai instrumen investasi syari’ah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Dua sumber investasi yang tidak ditemukan dalam ekonomi konvensional, yaitu pertama zakat yang dalam tulisan ini kajiannya lebih konseptual dengan memasukkannya dalam fungsi investasi. Secara teoritis disini akan terlihat perubahan dari fungsi investasi konvensional yang tidak memiliki variabel zakat dengan fungsi investasi Islam yang memiliki variabel ini.
Sedangkan perkembangan wakaf yang disajikan dalam bab delapan cukup menarik untuk dicermati. Potensi wakaf cukup besar dan pemanfaatan yang cerdik membolehkan menginvestasikannya untuk infrastruktur baik pendidikan maupun kesehatan, sehingga merupakan solusi yang tepat terhadap masalah akses masyarakat miskin pada pendidikan dan kesehatan. Apa yang dikenal selama ini dalam masyarakat adalah wakaf tanah untuk kuburan atau untuk mesjid.
Sukuk adalah obligasi syari’ah yang belum berkembang di Indonesia. Belum berkembangnya instrumen inilah antara lain yang menyebabkan tersendatnya kita menarik dana dari negara-negara minyak Timur Tengah. Di Indonesia sukuk malah dikeluarkan oleh swasta seperti Indosat, sedangkan sovereign sukook belum dikembangkan.
Instrumen berikut yang diulas dalam bab sepuluh adalah asuransi. Perkembangan dalam dunia asuransi secara umum, memang telah mengkombinasikan pertanggungan dengan investasi. Asuransi syari’ah saat ini baru dalam tahap awal, namun perkembangannya cukup tajam. Menarik untuk mengetahui perbedaan antara asuransi konvensional dengan asuransi syari’ah, karena keduanya sama-sama memiliki aspek investasi di dalamnya.
Instrumen investasi terakhir yang dibahas adalah mekanisme pembiayaan untuk pemilikan rumah. Selama ini masyarakat hanya mengenal kredit pemilikan rumah (KPR) dari bank-bank konvensional. Belum banyak diantara kita yang mengenal akad Musyarakah Mutanaqisah sebagai sumber pembiayaan untuk pemilikan rumah, sekalipun skim ini sudah populer di Eropa dan Kanada.
Pada kesempatan ini, kami dari tim penulis ingin mengucapkan terima kasih pada Pusat Penelitian Ekonomi, LIPI yang telah mendanai studi tentang investasi yang Islami ini melalui anggaran DIPA tahun 2007. Terima kasih yang sama juga kami ucapkan untuk penerbit Kreasi Wacana yang telah membantu menerbitkan buku ini. Semoga kerjasama yang telah lama kita bina ini dapat terus berlangsung terus.
Filsafat Proses
FILSAFAT PROSES
Proses dan Realitas dalam Kajian Kosmologi
Karya: Alfred North Whitehead
Ukuran Buku: 15,5 x 24 cm
Tebal: xxxii + 608 Halaman
Harga: Rp 90.000,-
KULIAH-kuliah ini didasarkan pada perulangan fase pemikiran filosois yang bermula dengan Descartes dan berakhir dengan Hume. Skema filosofis yang ingin mereka jelaskan disebut ‘Filsafat Organisme.’ Tidak ada doktrin yang telah diajukan yang tidak membela pernyataan eksplisit salah seorang dari kelompok pemikir ini, atau salah satu dari dua pendiri semua pemikiran Barat, yakni Plato dan Aristoteles. Namun filsafat organisme cenderung me-nekankan unsur-unsur dalam tulisan-tulisan para empu ini yang telah disisihkan para sistematikawan yang lebih belakangan. Penulis yang paling banyak mengantisipasi pendirian-pendirian utama filsafat organisme adalah John Locke dalam Essay–nya, terutama dalam buku-buku bagian akhir karya ini.
Kuliah-kuliah ini dibagi menjadi lima bagian. Pada bagian pertama akan dijelaskan metode, dan skema ide-ide yang membingkai penyusunan kosmologi hanya akan dinyatakan secara ringkas.
Dalam bagian kedua, akan ditunjukkan bahwa skema ini layak dipakai untuk menafsirkan ide-ide dan masalah-masalah yang membentuk tekstur rumit pemikiran beradab. Tanpa penyelidikan yang demikian, ringkasan Bagian I praktis tidak akan terpahami. Bab II akan menjelaskan makna ungkapan-ungkapan verbal skema itu lewat penggunaannya di dalam diskusi sekaligus akan menunjukkan kekuatan skema itu dalam menaruh pelbagai unsur pengalaman kita ke dalam hubungan yang konsisten satu sama lain. Untuk memperoleh penjelasan yang agak lengkap atas pengalaman manusia yang dipikirkan sehubungan dengan masalah-masalah filosofis yang muncul secara alamiah, akan dibahas beberapa orang filsuf dan ilmuwan dari abad ketujuh belas dan kedelapan belas, khususnya Descartes, Newton, Locke Hume dan Kant. Masing-masing penulis ini berat sebelah dalam menyajikan fondasi pengalaman; tetapi secara keseluruhan mereka memberikan penyajian umum yang mendominasi perkembangan filsafat berikutnya. Tadinya saya mengawali penyelidikan ini dengan harapan akan sibuk dengan membuat penjelasan terperinci mengenai perbedaan masing-masing pemikir tersebut. Namun pemeriksaan cermat atas pernyataan-pernyataan mereka ternyata menyingkapkan bahwa pada pokoknya filsafat organisme adalah perulangan cara-cara pemikiran pra-Kantian. Para filsuf ini dibuat bingung oleh praandaian-praandaian tak konsisten yang mendasari cara-cara pengungkapan yang mereka warisi. Sejauh ini mereka, atau para penerusnya, telah berusaha sistematis dengan cara yang kaku. Kecenderungan itu justru meninggalkan unsur-unsur yang melandasi filsafat organisme di dalam pemikiran mereka. Di sini akan ditunjukkan di mana persisnya letak kesepakatan dan ketaksepakatan di antara mereka.
Pada bagian kedua, diskusi-diskusi mengenai pemikiran mo¬dern dibatasi hanya pada gagasan-gagasan paling umum di bidang fisika dan biologi sambil secara hati-hati menghindari perincian. Lagi pula, salah satu motif kosmologi yang leng¬kap harusnya adalah membangun suatu sistem ide yang dapat menghubungkan minat-minat estetis, moral, dan religius dengan konsep-konsep dunia yang berasal dari ilmu alam.
Pada bagian ketiga dan keempat, skema kosmologis dikembangkan berdasarkan gagasan-gagasan kategorialnya sendiri, tanpa banyak memerhatikan sistem-sistem pemikiran lain. Sebagai contoh, pada Bagian II ada suatu bab mengenai ‘Kontinum Ekstensif’ (Extensive Continuum) yang lebih terkait dengan gagasan Descartes dan Newton dibandingkan de¬ngan cara yang harus digunakan filsafat organik untuk menafsirkan ciri-ciri dunia. Tetapi pada Bagian IV, pertanyaan ini dibahas dari segi pengembangan metode terperinci tempat filsafat organisme membangun teori mengenai masalah ini. Harus dipahami betul bahwa tema kuliah-kuliah ini bukanlah penimbangan yang objektif terhadap berbagai masalah filosofis tradisional yang penting bagi sistem-sistem pemikiran tradisional tertentu. Kuliah-kuliah ini dimaksudkan untuk menyatakan suatu skema padat ide-ide kosmologis, untuk mengembangkan maknanya dengan menghadapkannya kepada berbagai topik pengalaman, dan akhirnya untuk me-nguraikan suatu kosmologi yang layak tempat semua topik khusus menemukan kesalinghubungannya. Dengan begitu kesatuan pembahasan dicari dalam perkembangan bertahap skema tadi, dalam makna dan dalam relevansi, dan bukan dalam urutan pembahasan topik-topik khusus. Sebagai contoh, doktrin-doktrin mengenai waktu, ruang, persepsi, dan kausalitas terus berulang seiring dengan perkembangan kosmologi. Dalam tiap perulangan, topik-topik ini memberikan keterangan tertentu yang baru pada skema itu, atau menerima penjelasan tertentu. Pada akhirnya, jika usaha itu sudah berhasil, tak boleh ada lagi masalah ruang-waktu, atau epistemologi, atau kausalitas, yang tersisa untuk didiskusikan. Karena skema itu telah berhasil mengembangkan semua konsep generik yang cocok untuk mengungkapkan setiap kesalinghubungan yang mungkin antarberbagai hal.
Di antara aliran-aliran pemikiran kontemporer, jelaslah saya berutang kepada para Realis Inggris dan Amerika. Sehubungan dengan hal ini, secara khusus saya harus menyebutkan Profesor T.P. Nunn, dari Universitas London. Antisipasi-antisipasi yang ia lakukan, dalam Proceedings of the Aristotelian Society, atas beberapa doktrin Realisme dewasa ini, tampaknya belum cukup banyak dikenal.
Saya juga sangat berutang kepada Bergson, William James, dan John Dewey. Salah satu pekerjaan saya ialah menyelamatkan tipe pemikiran mereka dari tuduhan antiintelektualisme, yang dikaitkan dengannya secara benar atau salah. Akhirnya, kendati di sepanjang badan utama karya ini ada ketaksepakatan saya yang tajam dengan Bradley, namun bagaimanapun juga hasil akhirnya tidak begitu berbeda. Saya berutang secara khusus kepada bab mengenai kodrat pengalaman, yang tampak dalam karyanya Essays on Truth and Reality. Desakannya akan pentingnya ‘perasaan’ sangat selaras dengan kesimpulan saya sendiri. Keseluruhan pendirian metafisik ini adalah penolakan tersirat terhadap doktrin ‘aktualitas hampa’ (vacuous actuality).
Bagian kelima berkenaan dengan penafsiran akhir atas cara terbaik memahami masalah kosmologis. Bagian ini menjawab pertanyaan, Apakah segala yang disadari itu? Dalam bagian ini, jelaslah kemiripannya dengan Bradley. Memang, jika kosmologi ini dianggap berhasil, pada titik ini wajarlah menanyakan apakah tipe pemikiran yang termaktub bukan merupakan pengubahan beberapa doktrin utama Idealisme Absolut dengan landasan realistik.
Kuliah-kuliah ini dapat dipahami dengan lebih baik dengan memerhatikan kebiasaan-kebiasaan berpikir yang lazim berikut ini, yang sering disangkal pengaruhnya pada filsafat:
(i) Ketakpercayaan pada filsafat spekulatif.
(ii) Kepercayaan pada bahasa sebagai ungkapan yang memadai bagi proposisi.
(iii) Cara pemikiran filosofis yang menyiratkan, dan disiratkan oleh, kecakapan-psikologi.
(iv) Bentuk ungkapan subjek-predikat.
(v) Doktrin sensasionalis perihal persepsi.
(vi) Doktrin perihal aktualitas hampa.
(vii) Doktrin Kantian perihal dunia objektif sebagai konstruk teoretis dari pengalaman subjektif belaka.
(viii) Deduksi-deduksi serampangan dalam argumen-argumen ex absurdo.
(ix) Kepercayaan bahwa inkonsistensi-inkonsistensi logis dapat menunjukkan hal lain selain kesalahan-kesalahan terdahulu.
Karena terburu-buru menerima beberapa, atau kesembilan, mitos atau prosedur yang sesat ini, banyak filsafat abad kesembilan belas menghilangkan pertaliannya dengan fakta-fakta yang akan dihilangkan kehidupan sehari-hari.
Doktrin positif kuliah-kuliah ini berkenaan dengan sang menjadi (the becoming), pengada (the being), dan keberhubungan ‘satuan aktual’ (the relatedness of actual entities). Suatu ‘satuan aktual’ adalah res vera di dalam pengertian Cartesian atas istilah itu;2 ‘satuan aktual’ adalah ‘substansi’ Cartesian, dan bukan ‘substansi primer’ Aristotelian. Tetapi di dalam doktrin metafisikanya, Descartes meneruskan pengutamaan Aristotelian atas kategori ‘kualitas’ ketimbang ‘keberhubungan.’ Di dalam kuliah-kuliah ini, ‘keberhubungan’ lah yang dominan terhadap ‘kualitas.’ Semua keberhubungan diandaskan pada keberhubungan aktualitas-aktualitas; dan keberhubungan tersebut seluruhnya berkenaan dengan pemanfaatan yang mati oleh yang hidup—yakni, dengan ‘kebakaan objektif’ (objective immortality)*. Kebakaan ini-lah yang membuat hal-hal yang ditanggalkan dari pengalaman-langsung-hidup (living immediacy) suatu satuan yang sudah mati menjadi komponen nyata dalam berbagai pengalaman-langsung-hidup lainnya dari satuan aktual yang sedang menjadi (becoming). Inilah doktrinnya, yaitu, bahwa gerak maju kreatif dunia adalah menjadinya, binasanya, dan kebakaan objektif benda-benda yang berpadu menyusun fakta-fakta yang sukar dihilangkan.
Sejarah filsafat memperlihatkan dua kosmologi yang telah mendominasi pemikiran Eropa pada kurun waktu yang berbeda-beda: Timaeus-nya Plato3 dan kosmologi abad ketujuh belas, dengan para penulis utamanya adalah Galileo, Descartes, Newton, Locke. Dalam mencoba melakukan usaha yang sejenis, bijaksanalah mengikuti petunjuk itu sehingga solusi yang benar mungkin terkandung dalam penggabungan kedua skema terdahulu dengan berbagai modifikasi yang dituntut oleh konsistensi-diri dan kemajuan pengetahuan. Kosmologi yang diterangkan dalam kuliah-kuliah ini dibingkai sesuai dengan pegangan pada nilai positif tradisi filosofis. Ujian keberhasilannya adalah kememadaiannya untuk memahami aneka pengalaman di dalam batas-batas suatu skema ide-ide. Usaha memenuhi persyaratan ini dijelaskan dengan membandingkan Bab III, VII, dan X dari Bagian II, yang secara berturut-turut diberi judul ‘Keteraturan Alam,’ ‘Prinsip Subjektivis,’ dan ‘Proses,’ dengan Bab V dari Bagian III, yang diberi judul ‘Fase-fase Pengalaman yang Lebih Tinggi,’ dan dengan Bab V dari Bagian IV, yang diberi judul ‘Pengukuran,’ dan de¬¬ngan Bab II dari Bagian V, yang diberi judul ‘Tuhan dan Dunia.’ Bab-bab ini harus diakui sebagai hasil yang sah dari satu skema ide-ide yang dinyatakan di dalam bab kedua dari Bagian I.
Di dalam kuliah-kuliah ini saya telah berusaha memadatkan bahan yang diperoleh dari perenungan saya selama bertahun-tahun. Dalam menelurkan hasil-hasil ini, ada empat kesan kuat mendominasi pikiran saya: Pertama, bahwa gerakan historis, dan filosofis, kritik atas pertanyaan-pertanyaan objektif, yang secara keseluruhan telah mendominasi dua abad terakhir, telah melakukan tugasnya, dan perlu dilengkapi dengan usaha pemikiran konstruktif yang lebih berkelanjutan. Kedua, bahwa metode sejati konstruksi filosofis adalah untuk membingkai suatu skema ide-ide, inilah hal terbaik yang dapat dilakukan orang, dan menjelajah penafsiran pengalaman dengan sikap yang pantang menyerah berdasarkan skema itu. Ketiga, bahwa semua pemikiran konstruktif, mengenai berbagai topik khusus minat ilmiah, didominasi oleh skema tersebut, kendati tidak diakui, namun tak kurang pengaruhnya dalam menuntun imajinasi. Arti penting filsafat terletak pada usahanya yang berkelanjutan dalam mengeksplisitasi skema itu, sehingga mampu melancarkan kritik dan perbaikan.
Renungan terakhir yang tersisa adalah seberapa dangkal, remeh dan tak sempurnakah usaha-usaha itu untuk menduga kedalaman-kedalaman kodrat benda-benda. Dalam diskusi filosofis, isyarat paling halus akan kepastian dogmatis finalitas pernyataan merupakan peragaan kebodohan.
Dalam pengembangan kuliah-kuliah ini hingga menjadi buku seperti ini, saya sangat berutang kepada anggota kelas Harvard saya untuk saran mereka mengenai berbagai kesulitan yang genting. Selain itu, buku ini tidak akan pernah ditulis tanpa dorongan terus-mnerus dan nasihat dari istriku.
Proses dan Realitas dalam Kajian Kosmologi
Karya: Alfred North Whitehead
Ukuran Buku: 15,5 x 24 cm
Tebal: xxxii + 608 Halaman
Harga: Rp 90.000,-
KULIAH-kuliah ini didasarkan pada perulangan fase pemikiran filosois yang bermula dengan Descartes dan berakhir dengan Hume. Skema filosofis yang ingin mereka jelaskan disebut ‘Filsafat Organisme.’ Tidak ada doktrin yang telah diajukan yang tidak membela pernyataan eksplisit salah seorang dari kelompok pemikir ini, atau salah satu dari dua pendiri semua pemikiran Barat, yakni Plato dan Aristoteles. Namun filsafat organisme cenderung me-nekankan unsur-unsur dalam tulisan-tulisan para empu ini yang telah disisihkan para sistematikawan yang lebih belakangan. Penulis yang paling banyak mengantisipasi pendirian-pendirian utama filsafat organisme adalah John Locke dalam Essay–nya, terutama dalam buku-buku bagian akhir karya ini.
Kuliah-kuliah ini dibagi menjadi lima bagian. Pada bagian pertama akan dijelaskan metode, dan skema ide-ide yang membingkai penyusunan kosmologi hanya akan dinyatakan secara ringkas.
Dalam bagian kedua, akan ditunjukkan bahwa skema ini layak dipakai untuk menafsirkan ide-ide dan masalah-masalah yang membentuk tekstur rumit pemikiran beradab. Tanpa penyelidikan yang demikian, ringkasan Bagian I praktis tidak akan terpahami. Bab II akan menjelaskan makna ungkapan-ungkapan verbal skema itu lewat penggunaannya di dalam diskusi sekaligus akan menunjukkan kekuatan skema itu dalam menaruh pelbagai unsur pengalaman kita ke dalam hubungan yang konsisten satu sama lain. Untuk memperoleh penjelasan yang agak lengkap atas pengalaman manusia yang dipikirkan sehubungan dengan masalah-masalah filosofis yang muncul secara alamiah, akan dibahas beberapa orang filsuf dan ilmuwan dari abad ketujuh belas dan kedelapan belas, khususnya Descartes, Newton, Locke Hume dan Kant. Masing-masing penulis ini berat sebelah dalam menyajikan fondasi pengalaman; tetapi secara keseluruhan mereka memberikan penyajian umum yang mendominasi perkembangan filsafat berikutnya. Tadinya saya mengawali penyelidikan ini dengan harapan akan sibuk dengan membuat penjelasan terperinci mengenai perbedaan masing-masing pemikir tersebut. Namun pemeriksaan cermat atas pernyataan-pernyataan mereka ternyata menyingkapkan bahwa pada pokoknya filsafat organisme adalah perulangan cara-cara pemikiran pra-Kantian. Para filsuf ini dibuat bingung oleh praandaian-praandaian tak konsisten yang mendasari cara-cara pengungkapan yang mereka warisi. Sejauh ini mereka, atau para penerusnya, telah berusaha sistematis dengan cara yang kaku. Kecenderungan itu justru meninggalkan unsur-unsur yang melandasi filsafat organisme di dalam pemikiran mereka. Di sini akan ditunjukkan di mana persisnya letak kesepakatan dan ketaksepakatan di antara mereka.
Pada bagian kedua, diskusi-diskusi mengenai pemikiran mo¬dern dibatasi hanya pada gagasan-gagasan paling umum di bidang fisika dan biologi sambil secara hati-hati menghindari perincian. Lagi pula, salah satu motif kosmologi yang leng¬kap harusnya adalah membangun suatu sistem ide yang dapat menghubungkan minat-minat estetis, moral, dan religius dengan konsep-konsep dunia yang berasal dari ilmu alam.
Pada bagian ketiga dan keempat, skema kosmologis dikembangkan berdasarkan gagasan-gagasan kategorialnya sendiri, tanpa banyak memerhatikan sistem-sistem pemikiran lain. Sebagai contoh, pada Bagian II ada suatu bab mengenai ‘Kontinum Ekstensif’ (Extensive Continuum) yang lebih terkait dengan gagasan Descartes dan Newton dibandingkan de¬ngan cara yang harus digunakan filsafat organik untuk menafsirkan ciri-ciri dunia. Tetapi pada Bagian IV, pertanyaan ini dibahas dari segi pengembangan metode terperinci tempat filsafat organisme membangun teori mengenai masalah ini. Harus dipahami betul bahwa tema kuliah-kuliah ini bukanlah penimbangan yang objektif terhadap berbagai masalah filosofis tradisional yang penting bagi sistem-sistem pemikiran tradisional tertentu. Kuliah-kuliah ini dimaksudkan untuk menyatakan suatu skema padat ide-ide kosmologis, untuk mengembangkan maknanya dengan menghadapkannya kepada berbagai topik pengalaman, dan akhirnya untuk me-nguraikan suatu kosmologi yang layak tempat semua topik khusus menemukan kesalinghubungannya. Dengan begitu kesatuan pembahasan dicari dalam perkembangan bertahap skema tadi, dalam makna dan dalam relevansi, dan bukan dalam urutan pembahasan topik-topik khusus. Sebagai contoh, doktrin-doktrin mengenai waktu, ruang, persepsi, dan kausalitas terus berulang seiring dengan perkembangan kosmologi. Dalam tiap perulangan, topik-topik ini memberikan keterangan tertentu yang baru pada skema itu, atau menerima penjelasan tertentu. Pada akhirnya, jika usaha itu sudah berhasil, tak boleh ada lagi masalah ruang-waktu, atau epistemologi, atau kausalitas, yang tersisa untuk didiskusikan. Karena skema itu telah berhasil mengembangkan semua konsep generik yang cocok untuk mengungkapkan setiap kesalinghubungan yang mungkin antarberbagai hal.
Di antara aliran-aliran pemikiran kontemporer, jelaslah saya berutang kepada para Realis Inggris dan Amerika. Sehubungan dengan hal ini, secara khusus saya harus menyebutkan Profesor T.P. Nunn, dari Universitas London. Antisipasi-antisipasi yang ia lakukan, dalam Proceedings of the Aristotelian Society, atas beberapa doktrin Realisme dewasa ini, tampaknya belum cukup banyak dikenal.
Saya juga sangat berutang kepada Bergson, William James, dan John Dewey. Salah satu pekerjaan saya ialah menyelamatkan tipe pemikiran mereka dari tuduhan antiintelektualisme, yang dikaitkan dengannya secara benar atau salah. Akhirnya, kendati di sepanjang badan utama karya ini ada ketaksepakatan saya yang tajam dengan Bradley, namun bagaimanapun juga hasil akhirnya tidak begitu berbeda. Saya berutang secara khusus kepada bab mengenai kodrat pengalaman, yang tampak dalam karyanya Essays on Truth and Reality. Desakannya akan pentingnya ‘perasaan’ sangat selaras dengan kesimpulan saya sendiri. Keseluruhan pendirian metafisik ini adalah penolakan tersirat terhadap doktrin ‘aktualitas hampa’ (vacuous actuality).
Bagian kelima berkenaan dengan penafsiran akhir atas cara terbaik memahami masalah kosmologis. Bagian ini menjawab pertanyaan, Apakah segala yang disadari itu? Dalam bagian ini, jelaslah kemiripannya dengan Bradley. Memang, jika kosmologi ini dianggap berhasil, pada titik ini wajarlah menanyakan apakah tipe pemikiran yang termaktub bukan merupakan pengubahan beberapa doktrin utama Idealisme Absolut dengan landasan realistik.
Kuliah-kuliah ini dapat dipahami dengan lebih baik dengan memerhatikan kebiasaan-kebiasaan berpikir yang lazim berikut ini, yang sering disangkal pengaruhnya pada filsafat:
(i) Ketakpercayaan pada filsafat spekulatif.
(ii) Kepercayaan pada bahasa sebagai ungkapan yang memadai bagi proposisi.
(iii) Cara pemikiran filosofis yang menyiratkan, dan disiratkan oleh, kecakapan-psikologi.
(iv) Bentuk ungkapan subjek-predikat.
(v) Doktrin sensasionalis perihal persepsi.
(vi) Doktrin perihal aktualitas hampa.
(vii) Doktrin Kantian perihal dunia objektif sebagai konstruk teoretis dari pengalaman subjektif belaka.
(viii) Deduksi-deduksi serampangan dalam argumen-argumen ex absurdo.
(ix) Kepercayaan bahwa inkonsistensi-inkonsistensi logis dapat menunjukkan hal lain selain kesalahan-kesalahan terdahulu.
Karena terburu-buru menerima beberapa, atau kesembilan, mitos atau prosedur yang sesat ini, banyak filsafat abad kesembilan belas menghilangkan pertaliannya dengan fakta-fakta yang akan dihilangkan kehidupan sehari-hari.
Doktrin positif kuliah-kuliah ini berkenaan dengan sang menjadi (the becoming), pengada (the being), dan keberhubungan ‘satuan aktual’ (the relatedness of actual entities). Suatu ‘satuan aktual’ adalah res vera di dalam pengertian Cartesian atas istilah itu;2 ‘satuan aktual’ adalah ‘substansi’ Cartesian, dan bukan ‘substansi primer’ Aristotelian. Tetapi di dalam doktrin metafisikanya, Descartes meneruskan pengutamaan Aristotelian atas kategori ‘kualitas’ ketimbang ‘keberhubungan.’ Di dalam kuliah-kuliah ini, ‘keberhubungan’ lah yang dominan terhadap ‘kualitas.’ Semua keberhubungan diandaskan pada keberhubungan aktualitas-aktualitas; dan keberhubungan tersebut seluruhnya berkenaan dengan pemanfaatan yang mati oleh yang hidup—yakni, dengan ‘kebakaan objektif’ (objective immortality)*. Kebakaan ini-lah yang membuat hal-hal yang ditanggalkan dari pengalaman-langsung-hidup (living immediacy) suatu satuan yang sudah mati menjadi komponen nyata dalam berbagai pengalaman-langsung-hidup lainnya dari satuan aktual yang sedang menjadi (becoming). Inilah doktrinnya, yaitu, bahwa gerak maju kreatif dunia adalah menjadinya, binasanya, dan kebakaan objektif benda-benda yang berpadu menyusun fakta-fakta yang sukar dihilangkan.
Sejarah filsafat memperlihatkan dua kosmologi yang telah mendominasi pemikiran Eropa pada kurun waktu yang berbeda-beda: Timaeus-nya Plato3 dan kosmologi abad ketujuh belas, dengan para penulis utamanya adalah Galileo, Descartes, Newton, Locke. Dalam mencoba melakukan usaha yang sejenis, bijaksanalah mengikuti petunjuk itu sehingga solusi yang benar mungkin terkandung dalam penggabungan kedua skema terdahulu dengan berbagai modifikasi yang dituntut oleh konsistensi-diri dan kemajuan pengetahuan. Kosmologi yang diterangkan dalam kuliah-kuliah ini dibingkai sesuai dengan pegangan pada nilai positif tradisi filosofis. Ujian keberhasilannya adalah kememadaiannya untuk memahami aneka pengalaman di dalam batas-batas suatu skema ide-ide. Usaha memenuhi persyaratan ini dijelaskan dengan membandingkan Bab III, VII, dan X dari Bagian II, yang secara berturut-turut diberi judul ‘Keteraturan Alam,’ ‘Prinsip Subjektivis,’ dan ‘Proses,’ dengan Bab V dari Bagian III, yang diberi judul ‘Fase-fase Pengalaman yang Lebih Tinggi,’ dan dengan Bab V dari Bagian IV, yang diberi judul ‘Pengukuran,’ dan de¬¬ngan Bab II dari Bagian V, yang diberi judul ‘Tuhan dan Dunia.’ Bab-bab ini harus diakui sebagai hasil yang sah dari satu skema ide-ide yang dinyatakan di dalam bab kedua dari Bagian I.
Di dalam kuliah-kuliah ini saya telah berusaha memadatkan bahan yang diperoleh dari perenungan saya selama bertahun-tahun. Dalam menelurkan hasil-hasil ini, ada empat kesan kuat mendominasi pikiran saya: Pertama, bahwa gerakan historis, dan filosofis, kritik atas pertanyaan-pertanyaan objektif, yang secara keseluruhan telah mendominasi dua abad terakhir, telah melakukan tugasnya, dan perlu dilengkapi dengan usaha pemikiran konstruktif yang lebih berkelanjutan. Kedua, bahwa metode sejati konstruksi filosofis adalah untuk membingkai suatu skema ide-ide, inilah hal terbaik yang dapat dilakukan orang, dan menjelajah penafsiran pengalaman dengan sikap yang pantang menyerah berdasarkan skema itu. Ketiga, bahwa semua pemikiran konstruktif, mengenai berbagai topik khusus minat ilmiah, didominasi oleh skema tersebut, kendati tidak diakui, namun tak kurang pengaruhnya dalam menuntun imajinasi. Arti penting filsafat terletak pada usahanya yang berkelanjutan dalam mengeksplisitasi skema itu, sehingga mampu melancarkan kritik dan perbaikan.
Renungan terakhir yang tersisa adalah seberapa dangkal, remeh dan tak sempurnakah usaha-usaha itu untuk menduga kedalaman-kedalaman kodrat benda-benda. Dalam diskusi filosofis, isyarat paling halus akan kepastian dogmatis finalitas pernyataan merupakan peragaan kebodohan.
Dalam pengembangan kuliah-kuliah ini hingga menjadi buku seperti ini, saya sangat berutang kepada anggota kelas Harvard saya untuk saran mereka mengenai berbagai kesulitan yang genting. Selain itu, buku ini tidak akan pernah ditulis tanpa dorongan terus-mnerus dan nasihat dari istriku.
Ekonomi Lingkungan Ekonomi Syariah dan Kewirausahaan
Ekonomi Lingkungan Ekonomi Syariah dan Kewirausahaan
Sumbangan Ide Pemikiran Intelektual Muda Kentingan
Editor: Aryo Dharma Pahla Irhamna, Bachtiar Aminuddin, Retnia Wulandari, Greget Kalla Buana
Ukuran: 14,5 x 21 cm
Tebal: x + 230 Halaman
Harga: 40.000,-
Pengantar Dr. Wisnu Untoro, MS (Dekan Fakultas Ekonomi UNS)
PRAKARSA untuk menerbitkan karya-karya mahasiswa FE UNS yang telah memenangkan di beberapa forum-forum ilmiah patut dihargai tinggi. Upaya ini merupakan salah satu usaha untuk menyuburkan tradisi intelektual di kalangan mahasiswa yang merupakan tantangan bagi pendidikan tinggi sekarang ini. Mahasiswa sebagai kaum terpelajar yang tentunya merupakan calon pemimpin bang¬sa harus mampu memahami kondisi bangsanya da¬lam kacamata disiplin studinya dan menyampaikan ga-gasan¬nya ke dalam tulisan. Karena itu tulisan ini me¬ru¬pa¬kan salah satu kontribusi nyata yang bisa dilakukan oleh para mahasiswa saat ini. Dengan demikian kemam¬pu¬an menulis harus dimiliki oleh setiap mahasiswa agar para mahasiswa mampu menyampaikan ide-idenya ke dalam tulisan.
Tujuan lain dari penerbitan ini adalah agar ma¬sya¬ra¬kat luas mengetahui gagasan yang dimiliki oleh maha¬siswa FE UNS yang sudah menjadi juara di perlombaan serta karya tulis PKM yang telah didanai oleh Dikti antara lain: PKM-Penelitian (PKMP), PKM-Penerapan Tek¬no¬lo¬gi (PKM-T), PKM-Kewirausahaan (PKM-K), PKM-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M), PKM-Ga¬gas¬an Tertulis (PKM-GT). Buku ini dapat dianggap se-bagai di¬seminasi hasil riset dan pertanggungjawaban publik dari karya-karya mahasiswa kepada masyarakat luas. Selain itu, penerbitan buku ini juga dimaksudkan untuk mem-bantu proses akreditasi jurusan atau program studi yang semakin mengakui pentingnya karya-karya ilmiah mahasiswa.
Dari pengumpulan naskah karya tulis mahasiswa ini ternyata dapat dikelompokkan menjadi 3 tema besar, yakni 1) Ekonomi Lingkungan, 2) Ekonomi Syariah, dan 3) Kewirausahaan. Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan pembangunan eko¬no¬mi yang berkelanjutan, lingkungan sebagai sumber faktor produksi kegiatan ekonomi patut dijaga baik kua¬litas dan kuantitasnya. Begitu juga dengan ekonomi sya¬riah yang pertumbuhannya semakin meningkat dari ta¬hun ke tahun dan kewirausahaan yang memiliki kon¬tri¬busi riil dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan harus di¬dukung. Selain itu, kewirausahaan juga menjadi tema yang penting dalam rangka menumbuhkan entrepreneurship di kalangan mahasiswa.
Ketiga topik ini merupakan tema yang sangat penting bagi kelangsungan pembangunan bangsa sehingga harap¬an kami buku kecil yang berisi sumbangan pemi¬kir-an intelektual muda akan bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan para pembuat kebijakan pada khu¬sus¬nya. Setelah terbitnya buku kumpulan pemikiran ma¬ha¬-siswa kami harapkan tradisi menulis di kalangan maha¬siswa semakin tumbuh subur baik di FE UNS mau¬pun di kampus-kampus lain. Sehingga kita memiliki lulus¬an perguruan tinggi selain yang siap terjun ke dalam dunia kerja dan juga lulusan yang memiliki kemampuan menyuarakan aspirasinya yang konstruktif di tengah- tengah masyarakat melalui tulisan.
Sumbangan Ide Pemikiran Intelektual Muda Kentingan
Editor: Aryo Dharma Pahla Irhamna, Bachtiar Aminuddin, Retnia Wulandari, Greget Kalla Buana
Ukuran: 14,5 x 21 cm
Tebal: x + 230 Halaman
Harga: 40.000,-
Pengantar Dr. Wisnu Untoro, MS (Dekan Fakultas Ekonomi UNS)
PRAKARSA untuk menerbitkan karya-karya mahasiswa FE UNS yang telah memenangkan di beberapa forum-forum ilmiah patut dihargai tinggi. Upaya ini merupakan salah satu usaha untuk menyuburkan tradisi intelektual di kalangan mahasiswa yang merupakan tantangan bagi pendidikan tinggi sekarang ini. Mahasiswa sebagai kaum terpelajar yang tentunya merupakan calon pemimpin bang¬sa harus mampu memahami kondisi bangsanya da¬lam kacamata disiplin studinya dan menyampaikan ga-gasan¬nya ke dalam tulisan. Karena itu tulisan ini me¬ru¬pa¬kan salah satu kontribusi nyata yang bisa dilakukan oleh para mahasiswa saat ini. Dengan demikian kemam¬pu¬an menulis harus dimiliki oleh setiap mahasiswa agar para mahasiswa mampu menyampaikan ide-idenya ke dalam tulisan.
Tujuan lain dari penerbitan ini adalah agar ma¬sya¬ra¬kat luas mengetahui gagasan yang dimiliki oleh maha¬siswa FE UNS yang sudah menjadi juara di perlombaan serta karya tulis PKM yang telah didanai oleh Dikti antara lain: PKM-Penelitian (PKMP), PKM-Penerapan Tek¬no¬lo¬gi (PKM-T), PKM-Kewirausahaan (PKM-K), PKM-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M), PKM-Ga¬gas¬an Tertulis (PKM-GT). Buku ini dapat dianggap se-bagai di¬seminasi hasil riset dan pertanggungjawaban publik dari karya-karya mahasiswa kepada masyarakat luas. Selain itu, penerbitan buku ini juga dimaksudkan untuk mem-bantu proses akreditasi jurusan atau program studi yang semakin mengakui pentingnya karya-karya ilmiah mahasiswa.
Dari pengumpulan naskah karya tulis mahasiswa ini ternyata dapat dikelompokkan menjadi 3 tema besar, yakni 1) Ekonomi Lingkungan, 2) Ekonomi Syariah, dan 3) Kewirausahaan. Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan pembangunan eko¬no¬mi yang berkelanjutan, lingkungan sebagai sumber faktor produksi kegiatan ekonomi patut dijaga baik kua¬litas dan kuantitasnya. Begitu juga dengan ekonomi sya¬riah yang pertumbuhannya semakin meningkat dari ta¬hun ke tahun dan kewirausahaan yang memiliki kon¬tri¬busi riil dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan harus di¬dukung. Selain itu, kewirausahaan juga menjadi tema yang penting dalam rangka menumbuhkan entrepreneurship di kalangan mahasiswa.
Ketiga topik ini merupakan tema yang sangat penting bagi kelangsungan pembangunan bangsa sehingga harap¬an kami buku kecil yang berisi sumbangan pemi¬kir-an intelektual muda akan bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan para pembuat kebijakan pada khu¬sus¬nya. Setelah terbitnya buku kumpulan pemikiran ma¬ha¬-siswa kami harapkan tradisi menulis di kalangan maha¬siswa semakin tumbuh subur baik di FE UNS mau¬pun di kampus-kampus lain. Sehingga kita memiliki lulus¬an perguruan tinggi selain yang siap terjun ke dalam dunia kerja dan juga lulusan yang memiliki kemampuan menyuarakan aspirasinya yang konstruktif di tengah- tengah masyarakat melalui tulisan.
Drama Ekonomi Indonesia
DRAMA EKONOMI INDONESIA
Belajar dari Kegagalan Ekonomi Orde Baru
Karya Revrisond Baswir
Pengantar Prof. Dr Mubyarto
Ukuran Buku: 14,5 x 21 cm
Tebal: vi + 324 Halaman
Harga: Rp 35.000,-
Daftar Isi
Kata Pengantar: Prof. DR. Mubyarto
Daftar Isi
I. Prolog
1. Drama Ekonomi Orde Baru
II. Kesenjangan
2. Kesenjangan dan Kemiskinan
3. Pembangunan Perdesaan
4. Penjarahan Daerah
5. Usaha Kecil dan Perdagangan Bebas
6. Prospek Kemitraan
III. Konglomerasi
7. Bahaya Konglomerasi
8. Kredit Macet
9. Debirokratisasi BUMN
10. Menyoal Reformasi BUMN
11. Pengelolaan Bandar Udara
IV. Korupsi
12. Korupsi di Indonesia
13. Korupsi dan Pengawasan
14. Pemerintahan Yang Bersih
15. Kendala Akuntan Pemerintah
16. Tromol Pos 5000
V. Ekonomi Kerakyatan
17. Pasal 33 UUD 1945 dan Bung Hatta
18. Ekonomi Kerakyatan
19. Koperasi dan Kekuasaan
20. Tantangan Koperasi
21. Strategi Pengembangan Waserda
VI. Epilog
22. Menuju Ekonomi Kerakyatan
Daftar Pustaka
Indeks
Belajar dari Kegagalan Ekonomi Orde Baru
Karya Revrisond Baswir
Pengantar Prof. Dr Mubyarto
Ukuran Buku: 14,5 x 21 cm
Tebal: vi + 324 Halaman
Harga: Rp 35.000,-
Daftar Isi
Kata Pengantar: Prof. DR. Mubyarto
Daftar Isi
I. Prolog
1. Drama Ekonomi Orde Baru
II. Kesenjangan
2. Kesenjangan dan Kemiskinan
3. Pembangunan Perdesaan
4. Penjarahan Daerah
5. Usaha Kecil dan Perdagangan Bebas
6. Prospek Kemitraan
III. Konglomerasi
7. Bahaya Konglomerasi
8. Kredit Macet
9. Debirokratisasi BUMN
10. Menyoal Reformasi BUMN
11. Pengelolaan Bandar Udara
IV. Korupsi
12. Korupsi di Indonesia
13. Korupsi dan Pengawasan
14. Pemerintahan Yang Bersih
15. Kendala Akuntan Pemerintah
16. Tromol Pos 5000
V. Ekonomi Kerakyatan
17. Pasal 33 UUD 1945 dan Bung Hatta
18. Ekonomi Kerakyatan
19. Koperasi dan Kekuasaan
20. Tantangan Koperasi
21. Strategi Pengembangan Waserda
VI. Epilog
22. Menuju Ekonomi Kerakyatan
Daftar Pustaka
Indeks
Budaya Konsumen Terlahir Kembali
BUDAYA KONSUMEN TERLAHIR KEMBALI
Karya
:
Martin J. Lec
Ukuran
Buku : 14,5 x 21 cm
Tebal
: xvi + 328 Halaman
Harga : Rp 35.000,-
TIDAK
ada yang istimewa dengan konsumsi, sebab manusia memang punya kebutuhan dan
untuk memenuhinyalah mereka mengonsumsi. Jika kebutuhan itu tidak terpenuhi,
manusia tidak akan mampu bertahan hidup.
Konsumsi
akan menjadi sebuah bahasan istimewa tatkala dia tidak lagi hanya dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan bertahan hidup. Saat yang akan dipertahankan dengan
cara mengonsumsi bukan lagi sekadar nyawa, akan tetapi gengsi. Jika sudah
seperti ini, barang-barang yang dikonsumsi tidak lagi jadi “benda mati”.
Barang-barang itu ebih dilihat karena kemasan serta tampangnya, dan lambat laun
dia pun memiliki “ruh” sendiri yang memanggil-manggil orang untuk membeli dan
mengonsumsinya.
Seandainya
buku yang ada di tangan pembaca ini hanya berbicara sampai di situ, maka itu
tidak aka nada istimewanya, sebab sudah sejak lama pembicaraan seperti itu
diperdengarkan. Namun hal khusus yang dikemukakan buku ini adalah perihal
taktik dan strategi kapitalisme dalam menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru di
dalam diri manusia, bahkan menciptakan perasaan butuh itu sendiri. Buku ini
berupaya mendalami mantra-mantra yang ditebarkan para Pedagang, mulai iklan
perusahaan multi-nasional sampai rayuan pedagang asongan, agar nafsu
mengonsumsi bergelora sedahsyat-dahyatnya di dalam diri seseorang.
Di
lain pihak, buku ini pun ingin menunjukkan bahwa teknik-teknik pengendalian
hawa nafsu, baik yang berasal dari Marx maupun lainnya, ternyata kurang manjur.
Kapitalisme mutakhir ternyata lebih lihai menyenangkan hati konsumen, Negara
kesejaheraan berhasil menjinakkan pertentangan kelas dan kelas proletariat pun
diberi kesempatan makan enak tanpa harus mengadakan revolusi.
Singkat
kata, buku ini mengisahkan kelahiran kembali budaya konsumen, dan setelah
ditelusuri, ternyata yang melahirkannya masih saja seorang ibu yang bernama
modernitas.
Selasa, 05 Agustus 2014
Teori Konflik & Konflik Agraria di Pedesaan
Teori Konflik & Konflik Agraria di Pedesaan
Karya:
Muryati, Damar Dwi Nugroho, Rokhiman
Harga:
Rp 35.000,-
DAFTAR
ISI
Pengantar
|
i
|
|
Ucapan
|
vi
|
|
Daftar
Isi
|
x
|
|
BAB
I
|
PENGANTAR
TEORI-TEORI KONFLIK
|
1
|
Paradigma
Konflik dalam Sosiologi
|
1
|
|
Definisi
Konflik
|
7
|
|
Pemikiran
Konflik
|
9
|
|
Karl Marx
|
9
|
|
George Simmel
|
13
|
|
Lewis Coser
|
16
|
|
Max Weber
|
19
|
|
Ralf Dahrendorf
|
23
|
|
Ibnu Khaldun
|
26
|
|
Analisa
Konflik
|
29
|
|
Penahapan Konflik
|
30
|
|
Urutan Kejadian
|
31
|
|
Pemetaan Konflik
|
32
|
|
Analogi Bawang Bombay
|
34
|
|
Pengelolaan
Konflik
|
36
|
|
BAB
II
|
ANALISIS
KONFLIK AGRARIA DI LERENG KELUD, KECAMATAN NGANCAR, KEDIRI, JAWA TIMUR
|
38
|
BGN
1
|
KONDISI
UMUM
|
39
|
Kelud
dan Perkebunan Sumber Sari Petung
|
39
|
|
BGN
2
|
PERJUANGAN WARGA
MENDAPATKAN HAK ATAS TANAH
|
47
|
Tanah
Tumpah Darah
|
47
|
|
Perjuangan
Pasca Orde Baru
|
52
|
|
Perjuangan
Masa Reformasi
|
63
|
|
Pasca Kemenangan PT SSP di PTUN
|
83
|
|
Pembentukan Paguyuban Tri Sakti
|
94
|
|
Eskalasi Konflik
|
97
|
|
BGN
3
|
PEMETAAN
KONFLIK AGRARIA
|
120
|
Urutan
Kejadian
|
120
|
|
Aktor-Aktor
|
122
|
|
Pemetaan
Konflik
|
123
|
|
BGN
4
|
MENGOPTIMALKAN
POTENSI UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN
|
124
|
Pendahuluan
|
124
|
|
Selintas
Sengketa Tanah di Tiga Desa
|
128
|
|
Distribusi
Tanah
|
130
|
|
Model
Pembagian
|
130
|
|
Upaya
Menyiasati Jumlah Luasan
|
134
|
|
Gambaran
Pengelolaan Tanah Pasca Redist
|
135
|
|
Mendorong
Optimalisasi Lahan Tanah Redist
|
138
|
|
Ancaman
Kelestarian Alam
|
142
|
|
Transformasi
Menjadi Sebuah Pilihan
|
146
|
|
BGN
5
|
PASCA
KONFLIK
Sebuah Potret
Penyelesaian Konflik Agraria yang Berakhir Bahagia
|
150
|
Pengelolaan
Paska Redist di Kabupaten Kediri
|
150
|
|
Konsepsi
Akses Reform (Hidup Bersama di Lahan Terbatas)
|
155
|
|
Upaya
Resolusi Konflik dan Peranan Para Pihak
|
156
|
|
Usaha
Awal Resolusi Konflik
|
156
|
|
Dinamika
dan Strategi
|
158
|
|
Tahapan
Membangun Komunikasi Pihak yang Berkonflik
|
163
|
|
Tahapan
Membangun Rekonsiliasi Sosial
|
171
|
|
Kesimpulan
|
173
|
|
BAB
III
|
KONFLIK
AGRARIA DI PESISIR SELATAN KULONPROGO, YOGYAKARTA
|
174
|
Pendahuluan
|
174
|
|
Dinamika
Pembangunan Tambang Pasir Besi
|
181
|
|
Dampak
dan Kemunculan Konflik
|
186
|
|
Penutup
|
192
|
|
DAFTAR
PUSTAKA
|
197
|
|
LAMPIRAN
|
||
BIODATA
PENULIS
|
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
TABEL
|
||
Tabel 1
|
Simbol
Pemetaan Konflik
|
33
|
Tabel 2
|
Produksi
Tanaman (ton)
|
43
|
Tabel 3
|
Penyerapan
Tenaga Kerja
|
43
|
Tabel 4
|
Luas Lahan Obyek Land Reform
|
71
|
Tabel 5
|
Luas
Tanah yang dibagi Per Desa
|
132
|
Tabel 6
|
Dusun Rejomulyo, Desa Sugihwaras
|
133
|
Tabel 7
|
Dusun Sanding, Desa Babadan
|
133
|
Tabel 8
|
Dusun Ringinsari dan
Dusun Sumber Petung, Desa Sempu
|
134
|
Tabel 9
|
Penduduk
Berdasarkan Mata Pencaharian
|
140
|
BAGAN
|
||
Bagan 1
|
Pemikiran
Tradisi Konflik
|
6
|
Langganan:
Postingan (Atom)