TAN
MALAKA DAN TUHAN
Menuju
Gagasan Post-Madilog
Karya:
Ki. H. Ashad Kusuma Djaya
Pengantar:
DR Suprojo Tamtomo
Ukuran:
12 x 19,5 cm
Harga Rp 40.000
Pemikiran Post-Madilog yang
dikembangkan penulis menjadi semacam dasar bagi teori sosial berketuhanan yang
Maha Esa dan merupakan gagasan besar yang sekarang ini hampir sulit ditemukan
muncul dari civitas akademika di kampus-kampus nusantara. Semoga pemikiran
demikian selalu tumbuh dan menjadi kekayaan bangsa Indonesia.
DR Suprojo Tamtomo
Direktur
Pusat Studi Pergerakan Nasional
Kita bisa berprasangka baik bahwa pada
prinsipnya cara Tan Malaka mencari Tuhan sama dengan Nabi Ibrahim, hanya saja
yang dikemukakannya baru sampai pada cara pandang materialisme, belum
post-materialisme. Pemahamannya tentang Tuhan baru sampai bintang, bulan, dan
matahari, dalam logika yang “lebih besar” itu yang dijadikan Tuhan. Konsepsi
ketuhanan yang disodorkan Tan Malaka belum melihat tenggelamnya matahari
sehingga belum bisa menemukan wisdom “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku
kepada yang menciptakan langit dan bumi”. Tan Malaka belum melihat bubarnya Uni
Soviet dan berubahnya ekonomi China menjadi kapitalistik, sehingga ia masih
percaya komunisme sebagai pilihan politiknya.
Logika post-materialisme menjadikan
materi sekedar sebagai alat untuk mencapai hakikat “yang menciptakannya”. Dalam
politik ekonomi, logika post-materialisme itu menjadikan materi sebagai alat
untuk menciptakan keadilan sebagai salah satu wujud dari sifat adil Tuhan. Dengan
demikian post-materialisme tidak mengenal kelas yang ditentukan oleh penguasaan
modal seperti pembagian kelas borjuis dan proletar. Namun yang dikenal dalam
logika post-materialisme adalah golongan dzalim dan adil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar