Sabtu, 21 Juli 2018

TEORI KRITIS JÜRGEN HABERMAS (Cetak Ulang)


TEORI KRITIS JÜRGEN HABERMAS Penulis : Thomas McCarthy
Tebal : xiv + 554
Ukuran Buku : 15.5 x 24 cm
Harga : Rp 120.000,-


 Jurgen Habermas ingin agar suatu teori tidak hanya sekadar menjelaskan hal-ikhwal sedemikian rupa. Juga, menurut Habermas, seorang teoritis seharusnya tidak sekadar merenung di perpustakaan lalu memberi saran penyelesaian masalah lewat publikasi tulisan. Hal terpenting yang luput dari cara seperti itu, menurut dia, adalah sisi praxis kehidupan.
      Sayangnya, bagi Habermas, ilmu pengetahuan beserta teori-teorinya sudah terlanjur berada di menara gading dan ketika dilibatkan dalam praktik kehidupan sehari-hari, manusia malah terkurung oleh belitan rasionalitas yang menjadi landasan teori-teori tersebut. Mereka dibius oleh sebuah daya yang menempatkan tujuan di atas segala-galanya dan dibikin percaya bahwa yang mesti diusahakan adalah sarana dan cara mencapai yang seampuh-ampuhnya. Dan itu bernama rasionalitas bertujuan, ibu kandung dari teknologi yang sifatnya ideologis.          Memprihatinkan memang, dan itulah sebabnya Habermas mengidealkan suatu kondisi di mana manusia tak saling sikut dan gencet demi kepentingan dan tujuan instrumental masing-masing. Dia membayangkan masyarakat komunikatif  tempat perbedaan kepentingan dibicarakan lewat cara-cara yang elegan dan tak menutup ruang gerak masing-masing pihak. Itu semua bisa berlangsung di ruang publik yang terbuka dan steril dari tekanan ideologi yang hanya meniupkan angin surga.
        Agar kondisi itu terwujud, Habermas memeriksa syarat kemungkinan bagi sebuah teori yang merangkul sisi praxis, dia tidak mau teori tersebut mengandung ideologi yang memukau manusia, dan yang paling penting, teori tersebut mesti mengkritisi dirinya terlebih dahulu sebelum mengarahkan pisau analisanya kepada objek.                    Tidakkah pendapat ini dilandaskan Habermas pada suatu sikap kritis, dan Teori Kritis yang diajukannya adalah teori yang selalu ingin mawasdiri?
       Buku ini ingin menunjukkan secara detail bahwa memang demikianlah Habermas dengan teori kritisnya.

MASYARAKAT KONSUMSI (Cetak Ulang)


Masyarakat Konsumsi

  Penulis: Jean Baudrillard

 Pengantar: George Ritzer

Tebal buku: Lii + 284

Ukuran buku: 15,5 x 24 cm

 Harga : Rp 70.000,-



SEKARANG ini adalah era di mana orang membeli barang bukan karena nilai kemanfaatannya namun karena gaya (hidup), demi sebuah citra yang diarahkan dan dibentuk oleh iklan dan mode lewat televisi, tayangan sinetron, acara infotainment, ajeng kompetisi para calon bintang, gaya hidup selebriti, dsb. Yang ditawarkan iklan bukanlah nilai guna suatu barang, tapi citra dan gaya bagi pemakainya Tidak penting apakah barang itu berguna atau tidak, diperlukan atau tidak oleh konsumen. Karena itu yang kita konsumsi adalah makna yang dilekatkan pada barang itu, sehigga kita tidak pernah mampu memenuhi kebutuhan kita. Kita menjadi tak pernah terpuaskan. Kita lalu menjadi pemboros agung, mengonsumsi tanpa henti, rakus dan serakah. Konsumsi yang kita lakukan justru menghasilkan ketidakpuasan Kita menjadi teralienasi karena perilaku konsumsi kita. Pada gilirannya ini menghasilkan kesadaran palsu. Seakan-akan terpuaskan padahal kekurangan, seakan-akan makmur padahal miskin.    
Kita tidak sedang hidup dalam masyarakat yang berkecukupan tapi Dalam masyarakat pertumbuhan. Yang namanya ideology pertumbuhan selalu Menghasilkan dua hal, kemakmuran dan kemiskinan Makmur bagi yang diuntungkan dan miskin bagi yang terpinggirkan. Kenyataannya, pertumbuhan adalah alat untuk membatasi ruang gerak orang-orang miskin. Karena itulah ideologi ini sengaja dilanggarkan untuk menjaga sistem. Pertumbuhan adalah fungsi kemiskinan, kata Baudrillard. Pertentangan yang ada di dalamnya mengarah kepada kemiskinan psikologis dan kefakiran sistematis karena “kebutuhan” akan selalu melampaui produksi barang.
Karena permasalahannya terletak pada hubungan sosial atau dalam logika sosial (ingat, kita bukan hanya mengonsumsi barang, namun juga jasa manusia dan hubungan antar manusia), ini tidak akan dapat dipecahkan oleh peningkatan produksi, dengan inovasi kekuatan produksi, atau dengan apa yang biasanya kita pandang sebagai peningkatan daya beli Satu-satunya solusi untuk mengatasi masalah ini terletak pada perubahan dalam hubungan sosial dan dalam logika sosial. Kita memerlukan suatu logika sosial yang membawa bersamanya banyak pertukaran simbolik, bukan nilai tukar.



Selasa, 10 Juli 2018

KONSTELASI PASKA-BANGSA Esai-Esai Politik (BUKU BARU)

Penulis             : Jurgen Habermas
Tebal                 : xxx + 290 halaman
Ukuran Buku.  : 14,5 x 21 cm
Harga                : Rp. 60.000,-




Untuk bisa mengikuti argumen-argumen yang disajikan di buku Konstelasi Paska-Bangsa ini tidak mensyaratkan kita punya keahlian khusus di dalam teori-teori Habermas. Fakta dalam buku ini tentunya dapat menjelaskan fokus utama Habermas selama ini terhadap 'basis-basis legitimasi' proses-proses demokrasi. Ini juga melandasi perhatiannya yang tak tergoyahkan terhadap hubungan yang tidak stabil antara proses demokrasi dan 'bangsa', yang dipahaminya sebagai bentuk pra-politik kerja sama kolektif didasarkan pada kategori-kategori organik bahasa, sejarah bersama, dan budaya masyarakat.

Esai pertama di buku ini menganalisa aspek-aspek intelektual dari Vormärz (yaitu periode di sejarah bangsa Jerman dari tahun 1815 hingga gagalnya revolusi kaum republik di bulan Maret 1848). Esai kedua, 'Tentang Penggunaan Sejarah oleh Publik' berisi pembelaan kontroversial Habermas terhadap karya Daniel Goldagen, Hitler's Willing Executioners. Tiga esai berikutnya mengaplikasikan pemikiran Habermas tentang Konstelasi Paska-Bangsa bagi situasi dunia konteporer. Esai ketiga, 'Belajar dari Bencana?'. Esai keempat, 'Konstelasi Paska-Bangsa dan Masa Depan Demokrasi ', yang merupakan esai inti dari buku ini, Esai kelima, 'Catatan-catatan tentang Legitimasi melalui HAM', menyediakan penyuaraan terbaik tentang argumen-argumen dasar di buku ini. Esai keenam, 'Konsep-konsep tentang Modernitas', menyediakan kajian ringkas dan menyeluruh Habermas tentang konsep rasionalitas dan rasio di dalam filsafat dan sosiologi modern. Esai ketujuh tentang Marcuse menegaskan posisi Habermas bahwa proyek rasionalitas yang melahirkan modernitas masih belum berakhir. Di esai terakhir Habermas mengangkat salah satu isu besar di masa depan yang akan menerpa kosmopolitanisme universal ini, yaitu etika dari pengkloningan manusia, memperlihatkan pandangan Habermas bahwa pada akhirnya, intuisi-intuisi moral kita tetap harus bisa terus bekerja sama dengan perubahan-perubahan teknologi.