GAJAHMADA & KASULTANAN MAJAPAHIT
Tebal xii + 496
Ukuran buku: 14,5 x 21 cm
Harga: 91.000
Penulis: Ki H. Ashad Kusuma Djaya
Epilog: DR.IMAM QULYUBI,S.S., M. Hum
Penulisan Gaj Ahmada yang dikatakan berasal dari buku Kasultanan Majapahit adalah kebohongan yang diviralkan, sebab tidak ada istilah yang menyalahi kaidah bahasa jawa Kawi itu di buku tersebut. Kajian Gajahmada (jika dipisah sesuai hukum Garba dalam bahasa jawa Kawi menjadi Gajah Ahmada) dibahas secara lengkap pada pada bab 18 buku karya Ki H. Ashad Kusuma Djaya ini.
Buku yang terdiri 24 bab ini juga mengungkap bahwa Majapahit adalah kerajaan besar yamg sangat memperhatikan rakyatnya. Raja mengangkat siwadyaksa (dharmadyaksa kasaiwan) sebagai pejabat yang bertanggung jawab pada kemakmuran negeri. Selain itu, Raja juga mengangkat dharmadyaksa kasogatan sebagai pejabat yang bertanggung jawab pada urusan pengkajian atau pendidikan rakyat. Berbagai candi didirikan, salah satunya sebagai media kasogatan (pengajaran). Undang-undang Kutara Manawa yang digunakan pada masa Majapahit 70% mirip syariat Islam, antara lain hukum mati bagi pembunuh yang mirip qishas dan potong tangan untuk pencuri.
Sumber yang banyak digunakan untuk penulisan sejarah Majapahit selama ini adalah Kitab Nagara Krtagama. Dan dalam buku ini penulis membuktikan bahwa manuskrip tersebut adalah manual bagi penyelenggaraan Kasultanan di Nuswantara dengan menjadikan Majapahit sebagai modelnya. Kitab Nagara Kertagama ditulis “Untuk menjadi pujian di bawah naungan yang mulia Giri Natha” (Pupuh 94/1). Adapun yang dimaksud Giri Natha dalam Kitab Nagara Krtagama itu tidak lain adalah Sunan Giri Prapen. Dalam Pupuh 37/2 kita tahu dialah yang memiliki prasada (istana/kedhaton) menjulang tinggi “Iwir meru parwwata” yang artinya “bagaikan gunung meru (pusatnya dunia)”. Kata “siwa” dalam bahasa sansekerta berarti kesejahteraan atau kemakmuran, maka “siwapratista siwawimbha munggwi ri dalm” berarti istana Giri Natha menjadi “sumber kesejahteraan pembuka kemakmuran membangkitkan yang tinggal dalam kerajaan”. sotan bhatara girinatha putra pinakesti dewa sakala (Karena itu Giri Natha dimuliakan bagaikan keturunan dewa di alam nyata); Angehniran tuhatuha narendra khinabhaktyan i sabhuwana (Adalah beliau yang dituakan para raja seluruh negeri berbakti padanya).
Dengan menitikberatkan pada kajian Manuskrip dan Prasasti, Penulis buku ini mengajak pembaca memahami kembali makna gelar raja Majapahit, simbolisasi arca di bangunan candi, kitab undang-undang kerajaan Majapahit, berbagai prasasti masa Majapahit, tentang bahasa sansekerta dan prakerta, serta manuskrip yang berhubungan dengan Majapahit, terutama kitab Nagara Krtagama. Buku ini dilengkapi dengan lampiran transkrip versi DR TH. Pigeaud (terbit 1960), deskripsi Kutara Manawa oleh DR J. Brandes (lampiran 2), pembahasan candra sengkala dalam nagara Krtagama yang mengungkap tahun penulisan sesungguhnya (lampiran 3), dan pembahasan singkat seputar naskah-naskah Lombok (lampiran 4).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar