Sabtu, 27 Agustus 2016

Sejarah Renaisans Eropa



 

Penulis : Alison Brown
Tebal : x + 298 halaman.

Ukuran Buku : 14,5  21 cm

Harga : Rp 40.000,- 


Sejarah kebudayaan modern, dengan segala kelebihan dan kekurangannya bagi umat manusia dan kemanusiaan, berawal dari kota-kota Italia dan Prancis selatan tahun 1300-an Masehi. Kota-kota ini tidak berada di bawah otoritas raja, bangsawan maupun pihak gereja seperti daerah-daerah lain di Eropa kala itu. Para warganya menyambut diri mereka sebagai “komuni” otonom yang mampu mengatur diri sendiri.

Komuni-komuni ini berkelimpahan daya imajinasi dan rasa ingin tahu karena kemaknuran yang ada pada mereka. Sejak semula wilayah mereka adalah wilayah perdagangan, tempat para saudagar bertemu, tawar menawar dan tentu saja bertukar gagasan dan informasi. Dalam perjumpaan-perjumpaan ini, yang dipertaruhkan bukan hanya untung rugi jual-beli, tapi juga gengsi dan nama baik.Persaingan yang terjadi di arena kebudayaan untuk memperebutkan nama baik dan hak untuk dikenang sebagai orang-orang berbudaya sama sengitnya dengan persaingan dalam mengejar keuntungan perdagangan.

Para saudagar kaya dan bangsaawan terhormat berburu naskah-naskah filsafat dan sastra peninggalan zaman Yahudi dan Romawi, berlomba-lomba membangun bangunan dan patung-patung terindah, memesan lukisan-lukisan dari seniman terbaik yang ada, dan mengupayakan dunia pendidikan yang mampu menghidupkan kembali kejayaan Yunani dan Romawi.

Buah dari semua itu terbukti jelas dalam kekaguman zaman sekarang ketika menikmati keindahan dan keagungan peninggalan masa keemasan komuni-komuni itu; sebuah masa yang lebih dikenal sebagai Masa Renaisans.          
      

Rabu, 03 Agustus 2016

JARING KUASA STRUKTURALISME





Penulis : Edith Kurzweil
Tebal : xii + 420 halaman.
Ukuran Buku : 14,5 x 21 cm
Harga : Rp 60.000,-

KINI strukturalisme Levi-Strauss tengah diperbaiki sampai ke batas yang sulit dikenali. Dia telah memasuki perdebatan pasca strukturalisme, suatu debat yang basis empiriknya tidak lagi sekuat strukturalisme. Althusser dan Foucault telah bergabung dengan Touraine  dan Lefebvre lalu menyatakan bahwa strukturalisme lebih merupakan suatu ideologi ketimbang sains. Levi-Strauss sendiri telah kembali pada antropologi dan menolak semua neostrukturalisme; Barthes dan Ricoeur telah berpindah ke semiotika –kehadiran kedua dari linguistik struktural dalam reinkarnasi yang lebih bersifat filosofis yang dikatakan telah menolak basis antropologinya. Namun, premis-premis dan pemikiran strukturalis begitu menyebar luas karena, mungkin, mereka telah terinternalisasi pada setiap diri intelektual. Juga strukturalisme telah bergabung dengan tradisi Plato dan Rousseau, Nietzsche dan Kant, Proust dan Flaubert, Condorcet dan Eramus.